Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Markus Sumartomjon
Pengamat pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas menilai, akan sulit bagi Bulog untuk mencapai target pengadaan sesuai dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang ditetapkan khususnya di sentra produksi beras seperti di Jawa dan Lampung.
Namun, dia pun mengatakan bulog masih bisa mencapai target tersebut bila Bulog diberikan relaksasi yakni kelonggaran atau fleksibilitas harga 10%, khususnya di sentra produksi gabah.
"Kalau bisa diberikan relaksasi 10% untuk bisa menyerap di sentra produksi," ujar Dwi kepada Kontan.co.id, Minggu (17/5).
Menurut Dwi, berdasarkan hasil kajian Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI), harga beras di tingkat usaha tani sudah mencapai Rp 9.300 per kg, sementara HPP beras sebesar Rp 8.300 per kg, lalu harga gabah di tingkat usaha petani sekitar Rp 4.400 per kg, sementara HPP gabah sebesar Rp 4.200 per kg.
Bila Bulog tidak diberikan relaksasi, Dwi berpendapat upaya yang bisa dilakukan adalah mencari gabah atau beras di wilayah lain yang bukan sentra produksi beras.
"Kalau tidak diberikan relaksasi, sulit [menyerap], kecuali bisa mendapatkan beras di lokasi remote, yang jauh, Itu masih ada kemungkinan," kata Dwi.
Dwi pun membenarkan, bahwa saat ini memang ada petani yang menyimpan gabah/beras. Menurut dia, terdapat petani yang menahan berasnya untuk menunggu harga beras kembeli meningkat.
"Hampir 50% gabah/beras itu di tangan petani saat ini. Sebagian ditahan, menunggu harganya membaik. Sekarang belum membaik, sekarang ini harga turun terus, Rp 9.300 itu harga terendah," kata Dwi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News