Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai tukar petani (NTP) Desember 2019 naik 0,35% secara bulanan, yaitu dari 104,10 menjadi 104,46 pada bulan Desember 2019.
Menurut Kepala BPS Suhariyanto, kenaikan NTP tersebut disebabkan oleh indeks harga yang diterima petani (lt) naik 0,59% atau lebih besar dari kenaikan indeks harga yang dibayar petani (lb) yang sebesar 0,24%.
"Atau ini berarti indeks harga hasil produksi pertanian mengalami kenaikan yang lebih besar daripada kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian," ujar Suhariyanto pada Kamis (2/1) di Jakarta.
Baca Juga: Kunjungan wisatawan mancanegara turun pada November 2019
Kenaikan NTP pada bulan Desember 2019 ini dipengaruhi oleh naiknya NTP pada subsektor tanaman pangan (NTPP) dengan kenaikan 0,16%, tanaman perkebunan rakyat (NTPR) yang naik 1,61%, dan perikanan (NTNP) yang naik 0,42%.
NTPP pada Desember 2019 yang meningkat disebabkan oleh kenaikan lt yang sebesar 0,44% atau lebih tinggi dari kenaikan lb yang sebesar 0,28%. Peningkatan lt ini disebabkan oleh peningkatan kelompok padi sebesar 0,38% dan palawija khususnya komoditas jagung dan kacang tanah yang sebesar 0,67%.
Peningkatan lb dikontribusi oleh kenaikan indeks kelompok konsumsi rumah tangga (IKRT) yang sebesar 0,31% dan kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,18%.
Baca Juga: Inflasi sepanjang 2019 terendah sejak 2012, sinyal pelemahan ekonomi?
Sementara NTPR yang naik disebabkan oleh hasil produksi yang naik sebesar 1,74% atau lebih tinggi dari peningkatan keperluan petani yang sebesar 0,12%. Peningkatan lt ini disebabkan oleh naiknya indeks kelompok tanaman perkebunan rakyat khsuusnya kelapa sawit dan karet yang sebesar 1,74%.
Dan kenaikan lb disebabkan oleh naiknya indeks kelompok KRT yanhg sebesar 0,13% dan indeks kelompok BPPBM yang sebesar 0,15%.
NTNP juga mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh peningkatan lt tercatat sebesar 0,55% atau lebih tinggi dibandingkan kenaikan lb yang sebesar 0,13%. Kenaikan lt disebabkan oleh naiknya harga berbagai komditas di kegiatan penangkapan ikan, khususnya komoditas ikan kembung dan ikan tengiri yang rata-rata naik 0,61%.
Selain itu, ada juga peningkatan kegiatan budidaya ikan khususnya komoditas rumput laut dan ikan nilem dengan rata-rata naik 0,51%. Kenaikan lb disebabkan oleh naiknyua indeks kelompok KRT SEBESAR 0,12% dan indeks kelompok BPPBM yang sebesar 0,16%.
Sementara itu, ada dua NTP yang mengalami penurunan, yaitu NTP Subsektor Holtikultura (NTPH) yang turun sebesar 0,16% dan NTP Subsektor Peternakan (NTPT) yang turun tipis sebesar 0,04%.
Baca Juga: Banjir buat rupiah melemah
Penurunan NTPH disebabkan oleh kenaiakn lt yang sebesar 0,05% lebih kecil dari kenaikan lb yang sebesar 0,29%. Pergerakan lt disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditas di kelompok buah-buahan khususnya komoditas apel dan pisang dan kelompok tanaman obat khususnya komoditas kencur. Rata-rata keduanya adalah naik sebesar 0,23%.
Hanya saja, ada beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga, seperti kelompok sayur-sayuran, khususnya komoditas cabai mrah dan cabai rawit dengan rata-rata turun sebesar 0,20%.
Sedangkan kenaikan lb dalam subsektor tersebut disebabkan oleh naiknya indeks kelompok KRT yang sebesar 0,35% dan indeks kelompok BPPBM yang sebesar 0,13%.
Sementara subsektor NTPT mengalami penurunan karean lt hanya naik sebesar 0,21% atau lebih rendah dari kenaikan lb yang sebesar 0,26%. Kenaikan lt ini disebabkan oleh terjadinya kenaikan indeks pada tiga kelompok di subsektor peternakan, yaitu kelompok ternak besar sebesar 0,07%, kelompok unggas dengan kenaikan 0,28%, dan kelompok hasil ternak sebesar 1,32%.
Baca Juga: Berbagai tarif naik tahun ini, Kemenkeu siapkan segambreng instrumen fiskal
Sementara kelompok ternak kecil menjadi satu=satunya keompok yang menahan laju kenaikan. Hal ini disebabkan oleh penurunan kelompok ini yang sebesar 0,07%
Hanya saja, ada salah satu komodiast yang menyebabkan kenaikan indeks pada subsektor ini, yaitu telur ayam ras dan sapi potong.
Kenaikan lb dalam subsektor ini disokong oleh indeks kelompok KRT yang naik sebesar 0,33% dan kenaikan indeks kelompok BPPBM sebesar 0,16%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News