Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pengamat Pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Khudori mengatakan bahwa sejak berbulan-bulan lalu hingga saat ini harga beras medium maupun premium berada di atas Harga Eceran Tertinggi (HET).
Khudori menjelaskan, kondisi ini karena sebagian besar gabah/beras diserap oleh Bulog. Dia bilang, per 29 Mei 2025 lalu serapan Bulog mencapai 2,4 juta ton, sementara saat ini serapan Bulog mencapai 2,51 juta ton.
Sementara itu, lanjut dia, surplus produksi beras Januari-Juni 2025, merujuk data kerangka sampel area Badan Pusat Statistik (BPS) hanya 3,2 juta ton, di mana surplus itu sebagian besar diserap Bulog.
“Sialnya, BULOG tidak diperbolehkan menyalurkan/menjual beras yang diserap. Beras ditumpuk terus di gudang hingga bisa diklaim sebagai stok terbesar sepanjang sejarah,” ujarnya kepada KONTAN, Selasa (24/6).
Khudori mengungkapkan, apa gunanya stok beras yang banyak tersebut jika harga beras masih berada di atas HET. Selain itu, alasan lain yang membuat beras masih mahal disebabkan kebijakan Harga Pokok Penjualan (HPP) sebesar Rp 6.500/kg untuk gabah kering giling (GKG) di tingkat petani apapun kualitasnya.
Baca Juga: BPS Catat Harga Beras Naik, Pemerintah Perlu Isi Pasar dengan Beras Cadangan
“Gabah yang kualitasnya tak standar membuat rendemen gabah ketika digiling untuk jadi beras tidak pasti. Rendemen bisa rendah. Ketika rendemen rendah, ujungnya ya harga beras mahal,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Khudori menuturkan, untuk mengatasi masalah ini pemerintah harus segera menyalurkan beras stok Bulog. Menurutnya, jika kian lama disimpan bakal membebani Bulog untuk biaya pengelolaan dan penyimpanan.
“Singkatnya, kian lama disimpan kian membebani keuangan. Bantuan pangan beras yang sudah diputuskan disalurkan segera salurkan. Lakukan itu bersamaan dengan operasi pasar SPHP (stabilisasi pasokan dan harga pangan),” tandasnya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sebanyak 150 daerah mengalami kenaikan harga beras di minggu ketiga Juni 2025.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini mengatakan, daerah yang mengalami kenaikan harga beras di minggu ketiga Juni ini, jumlahnya menurun dibandingkan minggu kedua Juni yang mencapai 159 daerah.
Baca Juga: BPS: Harga Beras hingga Daging Ayam Melonjak
“Perkembangan harga beras zona 1 terlihat bahwa harga beras ini masih berada dalam rentang, tetapi jika dibandingkan dengan bulan Mei 2025 maka pada minggu ke-3 Juni ini harga beras di zona 1 naik 1,13%,” jelasnuya dalam rapat inflasi yang disiarkan pada youtube Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Senin (23/6).
Sementara itu, Pudji melanjutkan, di wilayah zona 2 harga beras naik 0,40% namun HET beras di zona ini masih dalam rentang. Selanjutnya, di zona 3 harga beras mengalami kenaikan 0,78% dan berada di atas rentan HET.
Adapun rata-rata harga beras nasional untuk zona 1, zona 2 dan zona 3 masing-masing sebesar Rp 14.184/kg, Rp 15.281/kg dan Rp 15.800/kg
Selanjutnya: Bekasi Fajar Industrial Estate (BEST) Absen Bagikan Dividen, Ini Alasannya
Menarik Dibaca: Harga Emas Melorot karena Kabar Gencatan Senjata Israel-Iran
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News