kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.935   0,00   0,00%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Boediono: Indonesia defisit negarawan


Minggu, 11 Mei 2014 / 12:33 WIB
Boediono: Indonesia defisit negarawan
ILUSTRASI. Sejumlah warga melakukan proses perpanjangan SIM saat diadakan pelayanan SIM Keliling oleh Polrestabes Makassar, Kamis (1/11). tribun timur/muhammad abdiwan


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Indonesia tidak hanya mengalami defisit neraca pembayaran dan defisit anggaran, tetapi juga defisit negarawan di berbagai sektor.

Kendati begitu, Indonesia tidak defisit politisi, tapi defisit pelaku yang handal dalam pilar poltik, karena adanya keengganan generasi muda masuk ke arena politik.

Hal itu dikatakan Wakil Presiden Boediono saat membuka The first Young Leaders Indonesia (YLI) Annual Conference 2014, di Hotel Borobudur, Sabtu (10/5).

"Tetapi yang harus lebih diperhatikan, kini kita juga mengalami defisit negarawan. Kita defisit negarawan dari berbagai sektor, tetapi kita tidak defisit politisi," ujar Boediono seperti dikutip dari situs wapres.

Mantan Gubernur Bank Indonesia ini mengingatkan bahwa keberhasilan perjuangan bangsa Indonesia karena dipimpin oleh the best and the brightest dari anak bangsa.

Wapres memahami, jika semakin sedikit anak muda yang menaruh minat berkarir di bidang politik. Namun, yang harus dicatat adalah yang Indonesia butuhkan politikus negarawan yang bersama-sama menghasilkan produk politik dan aturan main yang baik.

"Kalau kacau balau, kita ribut saja satu sama lain,” tandasnya.

Boediono mengakui bahwa dirinya bukanlah seorang politisi. Tetapi sejak bekerja di pemerintahan, ia harus mengetahui politik. Ia bilang, untuk menjadi politisi yang baik harus memiliki visi yang teguh. Kalau tidak memiliki visi hanya akan menjadi pion.

Boediono memaparkan bahwa visi yang dipegang oleh politisi adalah tentang cita-cita bangsa ini. Visi inilah yang menjadi guiding star.

Dalam kancah yang semrawut, visi ini harus ada pegangannya di hati setiap calon pemimpin bangsa. Ia juga mengingatkan agar para anggota YLI yang ingin menjadi politikus harus menjadi negarawan sehingga tidak mudah terpengaruh iming-iming di tengah perjalanan karir sebagai poltisi.

Sementara itu, pendiri YLI Philia Wibowo mengatakan bahwa program YLI digagas oleh PT McKinsey Indonesia tahun 2008 dan telah menjadi yayasan independen di tahun 2010, yang didukung oleh para pemimpin/tokoh-tokoh nasional.

YLI adalah program kepemimpinan yang dilaksanakan selama enam bulan untuk mahasiswa berprestasi dan memiliki potensi kepemimpinan tinggi. Peserta YLI ini berasal dari lebih 30 universitas terkemuka di seluruh Indonesia.

Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan mahasiswa, membekali kemampuan memecahkan masalah, memimpin dengan integritas tinggi, serta menjalin jejaring dan komunitas yang kuat diantara mahasiswa berprestasi dari seluruh Indonesia.

Hingga saat ini, YLI telah berhasil mengembangkan 330 calon pemimpin yang telah mengikuti program pelatihan, dan saat ini beberapa diantara mereka telah bekerja pada instansi pemerintah, perusahaan swasta, dan organisasi sosial.

“YLI berharap di tahun 2015 nanti dapat mengembangkan 1.000 pemimpin muda Indonesia,” ujar Philia Wibowo. Hal ini dimaksudkan agar semakin banyak mahasiswa yang dapat mengikuti pelatihan ini dan secara luas dapat memberikan kesempatan bagi para pemimpin muda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×