kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.871.000   -20.000   -1,06%
  • USD/IDR 16.445   -75,00   -0,45%
  • IDX 7.107   66,36   0,94%
  • KOMPAS100 1.034   12,73   1,25%
  • LQ45 806   9,73   1,22%
  • ISSI 223   1,91   0,86%
  • IDX30 421   5,94   1,43%
  • IDXHIDIV20 502   10,81   2,20%
  • IDX80 116   1,41   1,23%
  • IDXV30 120   2,66   2,27%
  • IDXQ30 138   2,04   1,50%

BKPM sebut riuh politik ganggu laju investasi


Kamis, 09 Oktober 2014 / 19:18 WIB
BKPM sebut riuh politik ganggu laju investasi
ILUSTRASI. Poster Hari Puisi Nasional 2023. 


Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi yang melambat harusnya dapat diatasi, salah satunya dengan terus menggenjot pertumbuhan nilai investasi. Namun kenyataanya, pertumbuhan investasi di Indonesia pun kini berjalan lambat akibat kondisi politik di tanah air yang memanas.

Mahendra Siregar, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyatakan bahwa elemen kondisi politik memang menjadi perhatian investor dalam menanamkan modalnya di Indonesia. "Tapi gilirannya yang dilihat pertumbuhan ekonomi dan kebijakan pemerintah yang terkait kondusif atau tidaknya iklim investasi" ujarnya.

Lana Soelistianingsih, Kepala ekonom Samuel Sekuritas menyatakan dengan menurunnya investasi di Indonesia membuat pertumbuhan ekonomi melambat. Penurunan investasi ini karena adanya transisi pemerintah yang belum jelas. "Investor harus tahu dulu pemerintah yang baru siapa untuk mengukur resiko dan mengetahui kebijakan pemerintahan yang baru seperti apa. Itu yang membuat investor menahan untuk menanamkan modalnya 1-2 triwulan," ucapnya.

Dodi Arifianto, Ekonom Lembaga Penjamin Simpanan menegaskan bahwa pertumbuhan investasi  diakui melambat karena kondisi politik yang memanas. Pertumbuhan investasi yang seharusnya mencapai 35%, menurut ekonom dari Universitas Ma Chung ini mengatakan bahwa pertumbuhan investasi saat ini mencapai 25-28%. "Kalau investasi turun, pertumbuhan ekonomi juga akan melambat" tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×