kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

BKF Masih Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun Ini Bisa Capai 5,5%


Rabu, 06 April 2022 / 20:14 WIB
BKF Masih Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun Ini Bisa Capai 5,5%
ILUSTRASI. Deretan permukiman penduduk dan gedung bertingkat di Jakarta, Sabtu (26/2/2022). ANTARA FOTO/Aprillio Akba/foc.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Kebijakan Fiskal (BKF) masih optimistis perekonomian Indonesia mampu tumbuh tinggi pada tahun 2022. BKF memperkirakan, pertumbuhan ekonomi domestik pada tahun ini ada di kisaran 4,8% yoy hingga 5,5% yoy. 

“Kami memperkirakan ekonomi pada tahun 2022 tumbuh di 4,8% yoy hingga 5,5% yoy, dengan titik tengah di 5,2% yoy,” tutur Plt Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro BKF Abdurohman dalam acara secara daring, Rabu (6/4). 

Meski ada potensi pertumbuhan ekonomi untuk tumbuh tinggi, Abdurohman melihat tetap ada risiko yang membayangi pertumbuhan ekonomi dalam negeri dan salah satunya adalah perang antara Rusia dan Ukraina. 

Namun, di sisi lain, Abdurohman melihat konflik antara Rusia dan Ukraina ini juga membawa berkah bagi Indonesia, apalagi ini membuat harga-harga komoditas melonjak dan memperbesar peluang peningkatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), penerimaan pajak, dan juga penerimaan ekspor. 

Baca Juga: Percepat Pemulihan Ekonomi, Pemerintah Kembali Kucurkan Bantuan Subsidi Upah

Hanya memang, Indonesia perlu waspada karena kenaikan harga komoditas ini juga membawa dampak potensi pembengkakan belanja subsidi pemerintah, terutama untuk menjaga daya beli masyarakat di tengah transmisi peningkatan harga global ke inflasi dalam negeri. 

Lebih lanjut, Abdurohman juga sekata dengan Bank Pembangunan Asia (ADB) yang menyebutkan risiko lain akan perekonomian domestik adalah pengetatan kebijakan moneter bank-bank sentral negara maju, disrupsi rantai pasok global, dan juga potensi varian baru Covid-19. 

Tentunya, pemerintah dan otoritas akan tetap memasang kuda-kuda kuat dalam menjaga dampaknya terhadap perekonomian domestik. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×