CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.343.000   21.000   0,90%
  • USD/IDR 16.729   -36,00   -0,21%
  • IDX 8.407   44,65   0,53%
  • KOMPAS100 1.165   5,83   0,50%
  • LQ45 849   5,46   0,65%
  • ISSI 293   1,52   0,52%
  • IDX30 443   2,43   0,55%
  • IDXHIDIV20 514   3,54   0,69%
  • IDX80 131   0,83   0,64%
  • IDXV30 136   0,12   0,09%
  • IDXQ30 142   1,06   0,76%

Biaya Berutang Masih Mahal, Beban APBN 2026 Makin Berat


Senin, 18 Agustus 2025 / 15:26 WIB
Biaya Berutang Masih Mahal, Beban APBN 2026 Makin Berat
ILUSTRASI. Petugas menata uang di cash center BNI, Jakarta, Selasa (21/1/2025). (KONTAN/Cheppy A. Muchlis). CSIS menilai beban fiskal Indonesia pada tahun 2026 berpotensi semakin berat akibat tingginya biaya utang.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Direktur Eksekutif Center of Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri menilai beban fiskal Indonesia pada 2026 berpotensi semakin berat akibat tingginya biaya utang.

Hal ini tidak lepas dari tren suku bunga global yang diperkirakan masih tinggi setidaknya hingga awal 2026.

"Suku bunga diperkirakan masih akan tinggi, terutama dari The Fed sendiri, baru kemungkinan akan ada penurunan dari The Fed pada pertengahan ataupun mungkin kuartal I-2026," ujar Yose dalam acara diskusi publik, Senin (18/8).

Baca Juga: Pembayaran Bunga Utang Pemerintah Naik Menjadi Rp 588,44 Triliun pada 2026

Menurutnya, kondisi tersebut membuat ruang penurunan suku bunga domestik juga terbatas. Jika Bank Indonesia menurunkan suku bunga terlalu agresif, risiko gejolak moneter akan meningkat.

Implikasi langsungnya adalah pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2026. Dengan biaya pinjaman yang masih mahal, pembayaran bunga utang Indonesia akan tetap tinggi.

"Disini kita bisa lihat bahwa biaya utang Indonesia juga masih akan tinggi dan akan semakin meningkatkan beban fiskal di tahun 2026 tersebut," katanya.

Yose menyoroti bahwa imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia tenor 10 tahun masih lebih tinggi dibandingkan sejumlah negara lain, termasuk India dan Filipina yang memiliki peringkat utang lebih rendah.

Jika disesuaikan dengan inflasi, beban bunga utang Indonesia tetap relatif lebih tinggi dibandingkan negara tetangga.

Yose mengingatkan bahwa hal ini menjadi perhitungan penting dalam menjaga kesehatan fiskal Indonesia pada tahun 2026.

Baca Juga: Ekonom Menilai Postur APBN 2026 Belum Cukup Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi 5,4%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×