kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI sudah injeksi likuiditas ke perbankan sebesar Rp 137,24 triliun


Kamis, 18 November 2021 / 15:39 WIB
BI sudah injeksi likuiditas ke perbankan sebesar Rp 137,24 triliun
ILUSTRASI. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur BI di Jakarta (25/5/2021). BI sudah injeksi likuiditas ke perbankan sebesar Rp 137,24 triliun.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) terus berusaha menjaga likuiditas tetap longgar. Untuk itu, BI setia menambah likuiditas atau melakukan quantitative easing (QE) di perbankan. 

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, hingga 16 November 2021, BI sudah melakukan injeksi likuiditas di perbankan sebesar Rp 137,24 triliun. 

“Kondisi likuiditas yang tetap longgar terus kami dorong dengan kebijakan moneter yang akomodatif. Ini juga sebagai upaya dukung pemulihan ekonomi nasional,” ujar Perry, Kamis (18/11) via video conference. 

Selain melakukan injeksi likuiditas di perbankan, BI juga melanjutkan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar perdana sebagai bagian dari sinergi kebijakan BI dan pemerintah untuk pendanaan APBN 2021. 

Baca Juga: Per 16 November 2021, BI sudah beli SBN di pasar perdana sebesar Rp 143,32 triliun

Hingga 16 November 2021, bank sentral sudah melakukan pembelian SBN di pasar perdana sebesar Rp 143,32 triliun, yang terdiri dari Rp 67,87 triliun melalui mekanisme lelang utama dan Rp 75,46 triliun melalui mekanisme Greenshoe Option (GSO). 

Dengan ekspansi moneter tersebut, likuiditas menjadi moncer. Ini terlihat dari kondisi likuiditas perbankan pada September 2021 yang longgar, tercermin pada rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yang tinggi, yakni 34,05% dan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 9,44% yoy.

Likuiditas perekonomian juga meningkat, tercermin pada uang beredar dalam arti sempit (M1) yang tumbuh 14,6% yoy dan uang beredar dalam arti luas (M2) yang tumbuh 10,4% yoy pada September 2021. 

“Pertumbuhan uang beredar tersebut terutama didukung oleh peningkatan ekspansi fiskal dan kredit perbankan,” tandas Perry. 

Selanjutnya: BI masih pertahankan suku bunga acuan di level 3,5%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×