kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

BI sudah antisipasi krisis utang AS


Kamis, 28 Juli 2011 / 22:18 WIB
ILUSTRASI. Pekerja perempuan memproduksi alat pelindung diri sebuah perusahaan garmen


Reporter: Petrus Dabu | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. Bank Indonesia menyatakan sudah mengantisipasi jauh-jauh hari bila Amerika Serikat mengalami krisis utang (default). Kepala Biro Hubungan Masyarakat Bank Indonesia Difi A Johansyah mengatakan BI memiliki aset di Surat Utang Negara (SUN) AS.

"Itu ada, tapi tidak bisa disebut jumlahnya berapa karena bagian dari devisa," ujarnya saat dihubungi, Kamis (28/7). Dia bilang, BI sudah mengantisipasi terjadinya gagal bayar atas kepemilikan SUN tersebut.

"Langkah mitigasi sudah dilakukan melalui diversifikasi aset," ujarnya. Tapi dengan alasan menjaga kerahasiaan aset, dia enggan menjelaskan langkah antisipasi tersebut lebih jauh.

Sementara itu Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Rahmat Waluyanto membenarkan Indonesia berinvestasi di SUN AS. "Saya tidak punya data (jumlahnya), itu ada di BI yang investasi," ujarnya.

Pengamat Pasar Uang Farial Anwar mengkritik sikap kritik BI terkait besarnya cadangan devisa negara yang diinvestasikan di SUN AS. Menurutnya, rakyat berhak tahu atas kepemilikan Indonesia di SUN AS. "Sudah waktunya BI membuka diversifikasi portofolionya dan harus terbuka kepada masyarakat jumlahnya dan di negara mana saja," ujarnya.

Dia menduga dari tiga instrumen obligasi AS, yaitu treasury bonds (T-Bond), treasury Notes (T-Notes), dan treasury bill (T-Bill), mayoritas berada di T-Bond."Negara-negara lain sudah lama mengantisipasi dengan melakukan diversifikasi ke mata uang lain, bukan dollar saja," ujarnya.

Bank sentral China, menurut Farial sudah melakukan diversifikasi ke emas."Itulah yang menyebabkan harga emas melambung karena kepemilikan emas sekarang tidak hanya oleh individu atau korporasi tetapi juga bank sentral," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×