kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI sebut stabilitas sistem keuangan masih terjaga, ini penyebabnya


Jumat, 28 Mei 2021 / 16:56 WIB
BI sebut stabilitas sistem keuangan masih terjaga, ini penyebabnya
ILUSTRASI. Di tengah badai Covid-19, Bank Indonesia (BI) melihat stabilitas sistem keuangan masih terjaga dengan baik.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah badai Covid-19, Bank Indonesia (BI) melihat stabilitas sistem keuangan masih terjaga dengan baik. Salah satunya, ini ditunjukkan dengan likuiditas yang masih melimpah.

Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia (BI) Juda Agung mengungkapkan, stabilnya sistem keuangan domestik ini bisa dilihat dari beberapa hal berikut ini.

Pertama, tingginya alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK). Hingga akhir April 2021, AL/DPK tercatat 33,67% atau berada di atas threshold yang sebesar 10%.

“Ini tidak lepas dari kebijakan BI di bidang moneter dan makroprudensial untuk melonggarkan likuiditas, padahal terutama di tahun 2020 awal ada krisis pandemi yang kami melihat risiko-risiko likuiditas,” ujar Juda, Jumat (28/5).

Baca Juga: Perkuat ketahanan ekonomi, berikut sederet kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia

Juda mengatakan, memang pada waktu itu bank sentral sempat melihat risiko tersebut. Namun, BI dengan sigap langsung melakukan pelonggaran baik kebijakan moneter maupun makroprudensial termasuk quantiative easing (QE) maupun penurunan giro wajib minimum (GWM).

Kedua, dari sisi permodalan bank nampak masih kuat. Hingga akhir April 2021, rasio kecukupan modal atau capital adequancy ratio (CAR) pada akhir April 2021 berada di level 24% meski memang sempat turun di 21% pada Februari 2012.

“Bila dibandingkan dengan negara-negara di sekitar kita, level CAR Indonesia hingga akhir April 2021 bisa dibilang masih sangat tinggi,” jelas Juda.

Ketiga, kredit non lancar atau non performing loan (NPL) yang masih relatif terjaga di level 3,22%. Juda mengatakan, posisi NPL ini juga terpengaruh oleh adanya restrukturisasi kredit.

Keempat, margin bunga bersih alias net interest margin (NIM) yang masih terjaga di level 4,53% dan ini masih yang paling tinggi di negara-negara Asia.

“Dari sisi profitabilitas perbankan masih terjaga dengan baik, masih yang tertinggi di negara-negara Asia. Lihat saja Malaysia, Singapura masih berada di kisaran 1,4% hingga 1,5%,” imbuh Juda.

Selanjutnya: BI akan merilis mata uang digital, berikut pertimbangannya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×