kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.914.000   24.000   1,27%
  • USD/IDR 16.326   31,00   0,19%
  • IDX 7.891   -53,11   -0,67%
  • KOMPAS100 1.111   -9,64   -0,86%
  • LQ45 829   2,03   0,24%
  • ISSI 266   -2,45   -0,91%
  • IDX30 429   0,72   0,17%
  • IDXHIDIV20 496   2,85   0,58%
  • IDX80 125   0,16   0,13%
  • IDXV30 131   0,34   0,26%
  • IDXQ30 139   0,61   0,44%

BI Rate Dipangkas Jadi 5%, Ada Potensi Modal Asing Keluar dari Pasar Indonesia


Kamis, 21 Agustus 2025 / 20:16 WIB
BI Rate Dipangkas Jadi 5%, Ada Potensi Modal Asing Keluar dari Pasar Indonesia
ILUSTRASI. Petugas menjunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Kamis (15/5/2025). Momentum tren pemangkasan suku bunga acuan (BI Rate) yang masih berlanjut memiliki potensi risiko jangka pendek terhadap arus modal asing.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli

"Terdorongnya harga saham untuk naik juga akan memicu aksi ambil untung dari investor dan membuat pasar rentan terhadap aksi jual, meskipun bersifat temporer. Hal ini yang saya kira perlu diwaspadai selama beberapa waktu ke depan," ungkap Suhindarto kepada Kontan, Kamis (21/8/2025).

Meski demikian, Suhindarto menilai saham dan obligasi korporasi tetap menjadi instrumen menarik di tengah pelonggaran kebijakan moneter.

Menurutnya, penurunan suku bunga akan mendorong kinerja ekonomi dan memperbaiki prospek bisnis, sehingga harga saham berpotensi meningkat.

Baca Juga: Defisit Transaksi Berjalan Berpotensi Melebar, Peluang BI Rate Turun Makin Kecil

Untuk obligasi korporasi, meski penurunan suku bunga akan membuat kupon baru lebih rendah karena benchmark yield menurun, namun Suhindarto menilai instrumen ini masih memberikan imbal hasil lebih tinggi daripada obligasi pemerintah lantaran adanya premi risiko.

“Dengan risiko gagal bayar yang lebih rendah akibat prospek perbaikan kondisi perusahaan, obligasi korporasi masih memiliki daya tariknya di tengah kondisi BI rate yang relatif lebih rendah,” ujarnya.

Seiring dengan itu, Suhindarto juga optimistis terhadap stabilitas nilai tukar rupiah ke depannya.

Ia menilai, meredanya ketidakpastian global, potensi pemangkasan suku bunga The Fed, serta imbal hasil aset Indonesia yang relatif tinggi dibanding negara peers akan mendorong arus modal masuk dan menjaga rupiah stabil.

Baca Juga: BI Rate Turun 25 bps Menjadi 5% pada Agustus 2025, Penurunan Keempat Tahun Ini

Namun, ia tetap mengingatkan agar waspada terhadap eskalasi risiko geopolitik maupun ketidakpastian kebijakan perdagangan luar negeri AS.

“Hal ini bisa sewaktu-waktu membuat investor menjadi risk-averse dan keluar dari negara berkembang, sehingga menekan rupiah,” pungkasnya.

Selanjutnya: Penjelasan Sri Mulyani soal Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan di 2026

Menarik Dibaca: 20 Cara Menghasilkan Uang dari Internet Tanpa Modal, Peluang Tambahan Income

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×