kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.980.000   15.000   0,76%
  • USD/IDR 16.824   6,00   0,04%
  • IDX 6.439   0,53   0,01%
  • KOMPAS100 925   -0,67   -0,07%
  • LQ45 720   -2,53   -0,35%
  • ISSI 206   1,42   0,70%
  • IDX30 374   -1,59   -0,42%
  • IDXHIDIV20 452   -1,98   -0,44%
  • IDX80 105   -0,12   -0,12%
  • IDXV30 111   0,14   0,13%
  • IDXQ30 123   -0,40   -0,32%

BI rate diramal tetap di 7,5%


Senin, 13 Juli 2015 / 11:37 WIB
BI rate diramal tetap di 7,5%


Reporter: Adinda Ade Mustami, Margareta Engge Kharismawati | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Bank Indonesia (BI) diperkirakan masih akan menjalankan kebijakan moneter ketat. Sejumlah ekonom  memproyeksi, BI bakal mempertahankan suku bunga acuannya (BI rate) di level 7,5% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan yang digelar pada Selasa besok (14/7).

Dengan begitu, dalam enam enam bulan terakhir sejak 17 Februari 2015, bank sentral tidak melakukan perubahan kebijakan. Kondisi ekonomi global yang tak menentu dan berbagai faktor internal, menjadi salah satu pemicu BI tak mengubah BI rate.

Ekonom Standard Chartered Eric Sugandi bilang, jika BI menurunkan BI rate, pelemahan rupiah akan semakin besar. Sebab, saat ini pergerakan rupiah masih dihantui tekanan dari tiga faktor eksternal. Yakni, krisis Yunani, gejolak pasar keuangan di China, dan rencana Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, menaikkan suku bunga.

Dia memperkirakan, ke depan, nilai tukar rupiah ada di level Rp 13.300-Rp 13.400 per dollar AS. "Setelah kondisi ekonomi global tenang, baru ada peluang BI rate turun," kata Eric, akhir pekan lalu.

Depresiasi rupiah akan berdampak mahal bagi pertumbuhan. Eric bilang, biaya impor belanja modal dan produksi untuk menggerakkan pertumbuhan akan naik dan menghambat investasi. Hal ini membuat kinerja pertumbuhan tahun ini makin tertekan.

Alhasil, Eric memproyeksi, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini hanya mencapai 4,9%. Sebab itu, kendati inflasi relatif terkendali dan current account deficit (CAD) atau defisit transaksi berjalan mengempis, penurunan suku bunga BI belum bisa terjadi.

Bahkan, Eric melihat, pada September mendatang ada kemungkinan BI akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps ke level 7,75%. Kebijakan ini akan dilakukan BI jika di periode yang sama The Fed menaikkan suku bunga.

Setali tiga uang, David Sumual, Ekonom Bank Central Asia (BCA) menilai, BI rate masih akan dipertahankan di level 7,5%. Alasannya, kondisi eksternal saat ini bisa membuat gejolak di pasar keuangan dan merembet pada kondisi psikologis di Indonesia.

Ancaman hot money

Apalagi, porsi kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) tergolong tinggi, yaitu mencapai 39,48% atau Rp 535,95 triliun pada 7 Juli 2015. Kalau investor asing ini keluar maka dampaknya akan besar.

David berharap, di semester kedua ini pemerintah lebih giat membelanjakan anggaran infrastruktur, sehingga investor mengalir masuk. "Ini bisa imbangi hot money yang keluar," terang David.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengakui persoalan dalam negeri yang terkait dengan inflasi dan CAD belum aman. Menjelang Lebaran yang diikuti dengan tahun ajaran baru pendidikan, menyebabkan inflasi dalam beberapa waktu ke depan berpotensi melonjak.

Prediksi BI yang mengatakan defisit CAD akan turun ke 2,5% dari PDB atau US$ 21 miliar tahun ini, tidak boleh membuat lengah. CAD yang terlihat bagus belum berarti fundamentalnya membaik.

CAD yang turun dari posisi akhir tahun lalu US$ 25,4 miliar atau 2,9% dari PDB ini dikarenakan pertumbuhan ekonomi tahun ini yang rendah sehingga impor drop. Dengan kondisi tersebut, Josua berpendapat, BI rate masih perlu dipertahankan. “Bagaimana menggenjot kinerja ekspor untuk mengejar CAD yang sehat, harus dicari penyelesaiannya. Pekerjaan rumah harus diselesaikan," kata Josua.

Ekonom DBS, Gundy Cahyadi menambahkan, fokus BI saat ini adalah pada stabilitas sistem keuangan. Upaya stabilitas tersebut membuat BI tidak bisa berbuat banyak dalam suku bunganya. Risiko pembiayaan yang berasal dari eksternal harus dicermati BI. Atas dasar ini, BI masih akan mempertahankan kebijakan suku bunganya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait


TERBARU

[X]
×