kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI Rate belum berpeluang turun


Minggu, 12 April 2015 / 13:02 WIB
BI Rate belum berpeluang turun
ILUSTRASI. Cara menggunakan Find My Mobile di Samsung.


Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Berbagai tekanan baik dari sisi domestik ataupun eksternal masih belum reda. Stabilitas nilai tukar dan inflasi menjadi dua poin penting bagi Bank Indonesia (BI) untuk tetap berpegang pada kebijakan ekonomi moneter bias ketat.

Sejumlah ekonom yang dihubungi KONTAN, Jumat (10/4), memperkirakan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan BI Selasa besok (14/4), BI rate atawa suku bunga diperkirakan akan tetap dipertahankan pada level 7,5%.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan fokus dari BI adalah menjaga stabilitas nilai tukar dan inflasi. Pada Maret lalu, terlihat volatilitas rupiah lebih besar dibanding Februari. Sekalipun saat ini level rupiah sudah cenderung berada di bawah Rp 13.000 per dollar Amerika Serikat (AS), volatilitas masih akan berlangsung.

Pada Mei dan Juni akan terjadi pembayaran dividen dan utang luar negeri (ULN). Rupiah akan tertekan karena permintaan terhadap dollar AS akan melonjak. Belum lagi ditambah gejolak eksternal dengan isu kenaikan suku bunga Amerika dan utang Yunani.

"Rupiah ke arah RP 13.200 tinggi di Mei dan Juni. Ini salah satu upaya BI dalam hal intervensi," ujar Josua, Jumat (10/4).

BI masih perlu mempertahankan suku bunganya dalam level tinggi. Otoritas moneter ini juga tidak bisa melakukan intervensi yang dalam dengan menggelontorkan cadangan devisa.

Pundi cadangan devisa sudah tergerus lumayan dalam yaitu US$ 3,95 miliar menjadi US$ 111,55 miliar pada akhir Maret karena pembayaran ULN pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah.

Ekonom Samuel Asset Manajemen Lana Soelistianingsih berpendapat, BI masih perlu mempertahankan suku bunganya karena ada potensi inflasi naik karena harga bahan bakar minyak (BBM) yang naik pada bulan Maret.

Kenaikan harga BBM yang bersamaan dengan kenaikan harga gas elpiji akan mendorong inflasi April. Meskipun mendorong inflasi, Lana melihat inflasi April paling tinggi akan berada pada level 0,2%. Panen raya yang biasanya terjadi di April akan menolong tekanan inflasi.

Hingga akhir tahun, ia melihat inflasi akan berada dalam target BI 4% plus minus 1%. Batas tekanan inflasi akan turun ketika melewati November. Asal tahu saja, inflasi tahunan pada Maret 2015 tercatat 6,38%, naik dari posisi bulan sebelumnya 6,29%.

Lana melihat ada peluang BI rate untuk naik 25 bps pada Oktober apabila Bank Sentral Amerika The Fed menaikkan suku bunganya. Namun, apabila The Fed menaikkan suku bunganya pada Juni akan ada dua kali kenaikan BI rate. "Juni naik sekali 25 bps lalu Oktober naik sekali 25 bps," terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×