kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

BI ramal Inflasi Januari 2017 hanya naik tipis


Jumat, 06 Januari 2017 / 19:18 WIB
BI ramal Inflasi Januari 2017 hanya naik tipis


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi bulan pertama tahun ini masih akan terkendali. Meskipun, pada bulan ini terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), tarif listrik daya 900 watt, dan tarif layanan pengurusan surat kendaraan bermotor.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, pihaknya memperkirakan inflasi di bulan ini bisa berada di level 0,6%-0,7%. Angka tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan inflasi Januari tahun lalu yang tercatat 0,5%.

Menurut Agus, masih terkendalianya inflasi tersebut bercermin pada inflasi akhir 2016 yang tercatat 3,02% year on year (YoY). "Tapi nanti kami akan menyampaikan informasi hasil pemantauan kami," kata Agus, Jumat (6/1).

Lebih lanjut tahun ini inflasi yang bersumber dari harga yang diatur pemerintah (administered prices) perlu diwaspadai. Terutama, untuk pengurangan subsidi listrik yang berdampak pada kenaikan tarif listrik, kenaikan harga elpiji 3 kilo gram (kg), dan harga bahan bakar minyak (BBM) satu harga.

Deputi Gubernur Senior BI Perry Warjiyo mengatakan, dengan memperhitungkan kenaikan tarif listrik sebagai konsekuensi pencabutan subsidi 900 dan 450 va, kenaikan tarif elpiji 3 kg, dan kebijakan administered prices lainnya, pihaknya memperkirakan inflasi tahun ini mencapai 4,6%. Sementara jika mengeluarkan administered prices, inflasi 2017 hanya diperkirakan 3,6%.

Namun menurut Perry, dampak multipier dari kenaikan inflasi administered prices tersebut tidak akan signifikan, termasuk terhadap daya beli masyarakat. "Karena memang permintaan di dalam negerinya masih di bawah kapasitas produksi nasional sehingga second round effect-nya tidak akan besar," tambah Perry.

Meski begitu, Perry bilang pihaknya akan mempererat koordinasi dengan pemerintah dalam hal pengendalian harga pangan yang bergejolak (volatile food). Menurutnya, harga pangan yang terkendali dapat mengompensasi kenaikan inflasi pada administered prices.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×