kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,65   -11,86   -1.27%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tarif listrik & BBM naik, inflasi Jan 2017 aman?


Kamis, 05 Januari 2017 / 15:59 WIB
Tarif listrik & BBM naik, inflasi Jan 2017 aman?


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Hari ini, PT Pertamina (Persero) resmi menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) umum jenis Pertamax Series, Pertalite dan Dexlite sebesar Rp 300 per liter di semua daerah seiring dengan kondisi harga minyak mentah dunia.

Contohnya, untuk harga Pertamax di DKI Jakarta, dan seluruh provinsi di Jawa-Bali ditetapkan sebesar Rp 8.050 per liter dari semula Rp 7.750 per liter. Adapun, di daerah yang sama Pertalite menjadi Rp 7.350 per liter dari sebelumnya Rp 7.050 per liter.

Dengan kenaikan harga tersebut, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS), Sasmito Hadi Wibowo menganalisa, dampaknya terhadap inflasi Januari ini tidak besar, walaupun pangsa pasar BBM jenis tersebut 57%. “Kalau itu naik sekitar 4% maka dampak inflasinya sekitar 0,008% atau dibulatkan sekitar 0,01%,” kata Sasmito kepada KONTAN, Kamis (5/1).

Selain BBM, bulan Januari ini inflasi juga berpeluang ditekan oleh kenaikan tarif listrik. Mulai 1 Januari 2017 lalu, pemerintah sudah menerapkan penyesuaian tarif listrik tahap pertama bagi 18,9 juta pelanggan 900 Volt Ampere (VA) sesuai dengan rencana pencabutan subsidi di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017.

Kenaikannya berdasarkan Permen ESDM 28/2016, tarif listrik rumah tangga (R-1) 900 VA yang sebelumnya Rp 605/kWh naik menjadi Rp 791/kWh di 1 Januari 2017. Kemudian pada 1 Maret 2017 tarif naik lagi dari Rp 791/kWh menjadi Rp 1.034/kWh. Lalu di 1 Mei 2017 berubah dari Rp 1.034/kWh menjadi Rp 1.352/kWh.

Meski demikian, Sasmito juga yakin bahwa kenaikan tarif listrik tidak akan berpengaruh besar pada inflasi Januari 2017. Bahkan ia memprediksi listrik akan negatif inflasinya atau deflasi di Januari 2017 yang disebabkan oleh turunnya tarif prabayar pelanggan 1.300 VA ke atas sebesar -8,20% sementara pascabayar naik hanya 0,75%. “Walau sangat tipis, di bawah -0.01%,” katanya.

Sebelumnya Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto mengatakan, kenaikan tarif listrik tersebut belum akan memberikan pengaruh terhadap inflasi di Januari 2017 lantaran mayoritas masyarakat Indonesia masih menggunakan listrik pascabayar.

"Kemungkinan akan ada pengaruhnya pada bulan Maret atau April 2017 tetapi tidak terlalu besar. Harapan kami masih sekitar 0,05%," ujarnya.

Ia merinci, jumlah masyarakat yang menggunakan listrik pasca bayar sebanyak 71%, sedangkan jumlah penduduk yang menggunakan listrik prabayar (token) sebanyak 29%.

Lebih lanjut, Sasmito mengatakan bahwa andil tarif listrik biasanya 2,5% sampai 2,8% di bawah beras. Oleh karena itu pada Januari 2017, di saat listrik ada kenaikan tarif, ia berharap kondisi inflasi bisa didorong dengan turunnya harga cabai merah dan cabai rawit. “Saya kira akan moderat, tidak akan terlalu tinggi, tetapi tidak sampai inflasi 0,4% juga,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×