kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

BI: Pasar keuangan domestik perlu dibenahi


Kamis, 14 November 2013 / 21:15 WIB
BI: Pasar keuangan domestik perlu dibenahi
ILUSTRASI. Sate Telur Puyuh punya rasa yang lebih manis daripada telur puyuh biasanya (Foto: Youtube/Resep Masakan Nusantara)


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Perekonomian domestik saat ini masih dalam kondisi berat. Kesimpulan itu disampaikan Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo, dalam sambutan akhir tahun Gubernur BI di Gedung BI, Jakarta, Kamis (14/11).

Menurut Agus, ada dua hal yang patut untuk dibenahi di domestik. Pertama, membenahi pasar uang yang merupakan tantangan utama yang patut dilakukan. Tantangan itu terkait dengan ekses likuiditas rupiah di sektor perbankan.

Menurut Agus, pembenahan pasar uang perlu mendapat perhatian khusus, karena bisa meningkatkan kompleksitas operasi moneter, dan bisa mengganggu stabilitas sistem keuangan.

Kondisi itu terlihat di pasar rupiah, dimana rendahnya turn over dan anomali pembentukan harga di pasar repo. Agus billang, pasar uang dengan jaminan atau collateralized market justru kurang diminati dan lebih mahal ketimbang pasar uang antar bank (PUAB) yang tanpa jaminan atau uncollateralized market.

Sementara itu, pasar mata uang asing atau valuta asing (valas), ditandai dengan volume yang masih rendah dan transaksi lindung nilai yang belum aktif. "Dengan struktur mikro pasar ini, nilai tukar mata uang atau kurs menjadi mudah tertekan ketika terdapat sedikit lonjakan permintaan valas," terang Agus.

Tantangan kedua adalah, adanya kelemahan struktural yang dikhawatirkan mengganggu upaya ekonomi nasional naik ke tingkat yang lebih tinggi. Saat ini, kata Agus, Indonesia ada di posisi middle income country dan sudah bertransisi dari lower middle income, dan kini menuju upper middle income.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×