kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.115.000   10.000   0,48%
  • USD/IDR 16.454   4,00   0,02%
  • IDX 8.025   67,48   0,85%
  • KOMPAS100 1.124   9,97   0,90%
  • LQ45 815   8,29   1,03%
  • ISSI 276   2,50   0,91%
  • IDX30 424   4,41   1,05%
  • IDXHIDIV20 490   3,80   0,78%
  • IDX80 123   1,15   0,94%
  • IDXV30 134   1,41   1,07%
  • IDXQ30 137   0,82   0,60%

BI Pangkas Suku Bunga Acuan Jadi 4,75%, Ruang Pelonggaran Masih Terbuka


Rabu, 17 September 2025 / 22:04 WIB
BI Pangkas Suku Bunga Acuan Jadi 4,75%, Ruang Pelonggaran Masih Terbuka
ILUSTRASI. Bank Sentral Tahan Suku Bunga —Logo Bank Indonesia (BI) di gedung BI, Jakarta, Rabu (23/4/2025). Bank Indonesia (BI) kembali memangkas suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,75%, ruang pemangkasan lanjutan terbuka.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) kembali memangkas suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,75% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 16–17 September 2025. 

Bersamaan dengan itu, suku bunga deposit facility turun 50 bps ke 3,75%, sementara suku bunga lending facility dipangkas 25 bps ke 5,50%.

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, keputusan tersebut diambil untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan tetap menjaga inflasi 2025–2026 dalam sasaran 2,5% ±1%. 

“Terjaganya stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya juga menjadi pertimbangan,” ujar Perry dalam konferensi pers, Rabu (17/9/2025).

Baca Juga: Dorong Pertumbuhan Ekonomi Jadi Alasan BI Pangkas Suku Bunga Jadi 5,50% pada Mei 2025

Menurut Perry, BI masih akan mencermati ruang pelonggaran lebih lanjut. Arah kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran diarahkan untuk memperkuat pertumbuhan berkelanjutan. 

Upaya ini ditempuh melalui penurunan biaya dana, peningkatan likuiditas, serta dorongan pembiayaan kredit. Di sisi sistem pembayaran, BI memperkuat digitalisasi dan infrastruktur agar dapat menopang aktivitas ekonomi.

Pemangkasan suku bunga September ini menambah panjang daftar pelonggaran BI sepanjang 2025. Sejak Januari hingga September, BI sudah memangkas suku bunga lima kali, masing-masing 25 bps, dengan total 125 bps.

Perry menegaskan, arah kebijakan ke depan akan mempertimbangkan kondisi eksternal dan domestik. Dari sisi global, BI menyoroti perlambatan ekonomi di negara mitra utama, kecuali India, serta kebijakan The Fed yang diperkirakan lebih dari 90% akan menurunkan Fed Funds Rate (FFR). 

Pelemahan dolar AS terhadap mata uang global dan Asia juga menjadi faktor pendukung stabilitas rupiah.

Baca Juga: Ekonom Bank Mandiri Proyeksi BI Pangkas Suku Bunga Acuan 25 Bps Jadi 5,5% di Mei 2025

Sementara dari sisi domestik, inflasi tetap terkendali, dengan IHK berada di 2,31% dan inflasi inti 2,17%. Meski pertumbuhan ekonomi cukup baik, Perry menilai permintaan domestik masih perlu didorong karena berada di bawah kapasitas nasional. 

Dukungan fiskal dari Kementerian Keuangan berupa penempatan dana Rp 200 triliun di lima bank BUMN turut memperkuat likuiditas.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, pemangkasan suku bunga 125 bps tahun ini tepat mengingat pertumbuhan ekonomi masih di bawah potensinya. 

“Dengan inflasi rendah dan rupiah stabil, penurunan suku bunga menjadi instrumen yang lebih aman untuk mendorong kredit dan pembiayaan,” kata Josua.

Namun, ia mengingatkan adanya tiga risiko yang perlu dicermati. Pertama, potensi tekanan harga pangan jika pasokan terganggu. Kedua, dorongan fiskal pro-pertumbuhan bisa menambah tekanan inflasi bila tidak diimbangi pasokan. 

Baca Juga: Inflasi Domestik Terkendali, Peluang BI Pangkas Suku Bunga Acuan Terbuka

Ketiga, ketidakpastian regulasi sektor keuangan dapat memengaruhi persepsi pasar. Karena itu, Josua menilai jalur pelonggaran sebaiknya dilakukan bertahap dengan tetap menjaga stabilitas rupiah.

Di sisi nilai tukar, BI mencatat rupiah menguat 0,30% point-to-point hingga 16 September 2025 dibandingkan akhir Agustus. Stabilitas ini didukung kebijakan konversi devisa hasil ekspor (DHE) sumber daya alam serta strategi triple intervention di pasar spot, DNDF, dan SBN sekunder.

“Dengan inflasi rendah, stabilitas moneter terjaga, dan prospek ekonomi baik, BI optimistis nilai tukar rupiah tetap stabil ke depan,” tandas Perry. 

Selanjutnya: Menperin Autokritik, Transformasi Digital & Adopsi Industri 4.0 Masih Lambat

Menarik Dibaca: PSG vs Atalanta (18/9): Prediksi, Line-up, dan Ujian Juara Bertahan Liga Champions

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

[X]
×