kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

BI optimistis aliran dana asing yang masuk akan terus meningkat, berikut pendorongnya


Kamis, 07 Maret 2019 / 07:59 WIB
BI optimistis aliran dana asing yang masuk akan terus meningkat, berikut pendorongnya


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) optimistis aliran dana asing yang masuk (capital inflow) melalui portofolio akan terus meningkat. Di sisi lain BI juga berharap capital inflow bisa meningkat melalui penanaman modal asing (PMA) atau investasi langsung (foreign direct investment/FDI).

"Kami meyakini neraca pembayaran akan surplus dengan defisit transaksi berjalan yang turun dan surplus aliran modal baik portofolio dan PMA," jelas Gubernur BI Perry Warjiyo di kompleks gedung BI, Jumat (1/3).

Peningkatan aliran modal ini terlihat dari perbandingan capital inflow Februari tahun ini dengan tahun lalu. Perry menyebut per akhir Februari 2019 tercatat Rp 63 triliun, sedangkan tahun lalu hanya Rp 6 triliun.

BI melihat peningkatan capital inflow terjadi karena imbal hasil aset keuangan yang menarik. Khsusunya melalui Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun dengan rate 7,8%. Lebih menarik bila dibandingkan US Treasury (milik Amerika Serikat/AS) dengan rate 2,7%.

"Itu kan menarik kalau dibandingkan negara lain termasuk India. selisih suku bunga masih menarik," jelas Perry.

Ditambah dengan premi risiko yang turun. Hal ini, kata Perry, dilihat dari indikator Credit Default Swap (CDS) yang berada di level 108,496 atau menguat sebesar 0,22% dari level 108,292 untuk tenor 5 tahun. Sedangkan CDS tenor 10 tahun juga turun 16,31% secara year to date ke level 179,085.

Selain itu, kondisi fundamental juga cukup mendukung. Dengan pertumbuhan ekonomi di level 5,17%, capaian tertinggi sejak 2014. Serta inflasi yang terjaga di level 3,13%. Ke depan, jelas Perry, prospek pertumbuhan ekonomi angkat meningkat dan inflasi rendah.

"Sehingga valuasi atau penilaian harga saham itu akan menarik," jelas Perry.

Perry juga meyakini meningkatnya kepercayaan investor karena melihat kinerja pemerintah, BI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam menjaga stabilitas makro ekonomi, mulai dari inflasi, nilai tukar dan sistem keuangan di tengah negara-negara yang terkena dapak krisi global pada tahun lalu.

Ke depan hasil kebijakan yang ditempuh pemerintah untuk mendorong PMA dapat berhasil. Dengan penyederhanaan prosedur ekspor, pemberian tax holiday untuk manufaktur, ekspor otomotif, elektronik, garmen dan makanan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×