kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

BI minta kepala daerah turut kendalikan inflasi


Selasa, 20 Mei 2014 / 21:50 WIB
BI minta kepala daerah turut kendalikan inflasi
ILUSTRASI. Panduan Cara COD di Shopee untuk Penjual dan Pembeli, Cek Syarat dan Ketentuannya. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menyatakan, bukan hal yang mustahil tingkat inflasi dapat dikendalikan di tingkat yang rendah. Sebab, pada tahun 2011, inflasi Indonesia mencapai 3,8% dan pada 2012 sebesar 4,3%.

Namun, angka inflasi melonjak tinggi pada 2013 kemarin, yang mencapai 8,3%. Capaian tersebut adalah yang tertinggi di antara negara-negara ASEAN. Sejak 2013, inflasi Indonesia mencapai angka yang cukup tinggi.

Agus mengungkapkan, untuk mengendalikan laju inflasi yang tinggi tersebut, perlu upaya bersama oleh seluruh pemangku kepentingan.

"Di Indonesia, setiap melakukan penyesuaian harga dengan mengurangi subsidi BBM (bahan bakar minyak), terjadi inflasi yang tinggi. Karena itu, mari bersama-sama membicarakan upaya mengendalikan inflasi yang rendah dan stabil karena inflasi menjadi momok yang selalu mencuri kesejahteraan rakyat Indonesia," kata Agus dalam Sarasehan Nasional dengan tema Kebangkitan Ekonomi Nasional melalui Pertumbuhan Ekonomi Daerah yang Kuat dan Inklusif, Pengendalian Inflasi yang Rendah, serta Pelaksanaan Reformasi Struktural yang Konkrit di Gedung BI, Jakarta, Selasa (20/5).

Agus menyebutkan, selama 10 tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak kurang dari 5% per tahun. Pada tahun 2013, pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 5,8%. Capaian tersebut merupakan yang tertinggi kedua di antara negara-negara G20 setelah Tiongkok.

"Tantangan kita bersama adalah bagaimana pembangunan ekonomi kuat, berkesinambungan dan inklusif. Sehingga, tidak ada perbedaan antara yang kaya dan miskin. Bahkan dipersempit gap-nya," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×