kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI mencatat likuiditas perekonomian kembali melambat pada Oktober 2019


Jumat, 29 November 2019 / 11:03 WIB
BI mencatat likuiditas perekonomian kembali melambat pada Oktober 2019
ILUSTRASI. Gedung kantor pusat Bank Indonesia, Jakarta. BI mencatat likuiditas perekonomian atau uang beredar pada Oktober 2019 sebesar Rp 6.025,6 triliun atau tumbuh 6,3%.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) kembali tumbuh melambat pada bulan Oktober 2019. Bank Indonesia (BI) mencatat posisi M2 pada Oktober 2019 sebesar Rp 6.025,6 triliun atau tumbuh 6,3% (yoy).

"Ini lebih lambat dari pertumbuhan pada bulan September 2019 yang sebesar 7,1%, dan perlambatan ini berasal dari seluruh komponennya, yaitu uang kuasi dan uang beredar dalam arti sempit (M1)." tulis BI dalam rilis tentang Uang beredar (M2) dan Faktor yang memengaruhi, Jumat (29/11).

Baca Juga: Perusahaan Pengelola Aset menerbitkan surat berharga komersial (SBK) Rp 100 miliar

Komponen uang kuasi, yang memiliki pangsa terhadap M2 sebesar 74,6%, tercatat mengalami pertumbuhan 6,1% (yoy) atau melambat dari September 2019 yang sebesar 7,0% (yoy). Hal ini disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan simpanan berjangka, tabungan, dan giro valuta asing (valas).

Sementara komponen M1 juga menunjukkan perlambatan, dari 6,9% (yoy) dari bulan September 2019, menjadi 6,6% (yoy) pada bulan ini. Ini terutama disebabkan oleh perlambatan giro rupiah.

Demikian juga surat berharga selain saham mengalami perlambatan menjadi 33,4% (yoy) pada bulan laporan, dengan sebelumnya tercatat 39,1% pada bulan lalu. Sementara itu, uang kartal tumbuh meningkat menjadi 5,1% (yoy) pada bulan ini, dengan sebelumnya sebesar 4,0% pada September 2019.

Baca Juga: BI terus akselerasi pendalaman pasar keuangan

Bila dilihat berdasarkan faktor yang memengaruhi M2, perlambatan M2 disebabkan oleh aktiva luar negeri bersih serta aktiva dalam negeri bersih.

Pertumbuhan aktiva luar negeri bersih tercatat tumbuh melambat, dari 2,7% (yoy) pda September 2019, menjadi 1,9% (yoy) pada bulan ini. Ini disebabkan oleh melambatnya tagihan sistem moneter kepada bukan penduduk, terutama berupa surat berharga yang dimiliki.

Demikian juga aktiva dalam negeri bersih. Ini mengalami perlambatan pada Oktober 2019 menjadi 7,9% (yoy), dengan pertumbuhan bulan lalu yang mencapai 8,6% (yoy). Perlambatan aktiva ini disebabkan oleh penyaluran kredit yang tumbuh lebih rendah dan kontraksi operasi keuangan pemerintah.

Kontraksi operasi keuangan pemerintah terlihat dari tagihan bersih kepada pemerintah pusat. Ini mengalami pertumbuhan negatif sebesar 10,0% (yoy), atau lebih dalam daripada kontraksi bulan lalu yang sebesar -7,5% (yoy).

Baca Juga: BI: Pertumbuhan ekonomi Indonesia stagnan di 5% akibat tekanan ekonomi global

Hal ini juga sejalan dengan peningkatan kewajiban sistem moneter kepada pemerintah pusat terutama dalam bentuk simpanan.

Selanjutnya, penyaluran kredit juga mengalami perlambatan cukup dalam, yaitu dari 8,0% (yoy) pada September 2019 menjadi 6,6% (yoy) pada bulan ini. BI mencatat ini terjadi pada seluruh jenis penggunaannya maupun golongan nasabah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×