Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI0 berjanji untuk terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah di tahun 2021. Upaya tersebut dilakukan lewat efektivitas operasi moneter dan ketersediaan likuiditas di pasar.
Seiring dengan hal itu, bahkan Gubernur BI Perry Warjiyo tetap optimistis kalau penguatan nilai tukar rupiah akan berlanjut, seiring dengan levelnya secara fundamental saat ini masih undervalued.
“Hal ini didukung defisit transaksi berjalan yang rendah, inflasi yang rendah dan terkendali, daya tarik aset keuangan domestik yang tinggi, serta premi risiko Indonesia yang turun dan likuiditas global yang besar,” kata Perry.
Optimisme bank sentral tersebut bukan tanpa sebab. Pasalnya, menurut catatan BI, nilai tukar rupiah per 16 Desember 2020 tercatat menguat 0,63% secara rerata.
Hal ini didorong oleh peningkatan aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik, seiring dengan menurunnya ketidakpastian pasar keuangan global dan persepsi positif investor terhadap prospek perbaikan perekonomian domestik.
Baca Juga: Jelang penutupan tahun rupiah cenderung melemah terbatas
Meski begitu, sayangnya, rupiah hingga pertengahan Desember 2020 masih mencatat depresiasi sekitar 1,72% ytd dibandingkan dengan level akhir di tahun 2019.
Kabar baik lainnya, nilai tukar rupiah yang terjaga juga menunjukkan adanya penurunan volatilitas. Pada kuartal IV-2020 hingga 16 Desember 2020, volatilitas nilai tukar Garuda tercatat sebesar 8,3% atau lebih rendah dibandingkan volatilitas pada kuartal sebelumnya yang sebesar 9,6%.
“Penurunan volatilitas ini sejalan dengan ketidakpastian pasar keuangan yang menurun,” kata Perry.
Kemudian, level volatilitas rupiah juga lebih rendah kalau dibandingkan dengan level volatilitas mata uang negara peers, seperti Real Brazil (BRL), Rand Afrika Selatan (ZAR), dan Lira Turki (TRY).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News