kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.938.000   14.000   0,73%
  • USD/IDR 16.301   -26,00   -0,16%
  • IDX 7.115   46,15   0,65%
  • KOMPAS100 1.037   7,05   0,68%
  • LQ45 801   4,09   0,51%
  • ISSI 230   2,33   1,03%
  • IDX30 416   0,70   0,17%
  • IDXHIDIV20 489   0,57   0,12%
  • IDX80 117   0,52   0,45%
  • IDXV30 119   -0,28   -0,24%
  • IDXQ30 135   -0,17   -0,13%

OECD Sebut Ada Ruang Pemangkasan BI Rate Hingga ke Level 5% di 2025-2026


Selasa, 03 Juni 2025 / 16:27 WIB
OECD Sebut Ada Ruang Pemangkasan BI Rate Hingga ke Level 5% di 2025-2026
ILUSTRASI. OECD memproyeksikan, Bank Indonesia (BI) masih memiliki ruang untuk melanjutkan siklus pelonggaran moneter dengan memangkas suku bunga acuannya (BI rate)


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) memproyeksikan, Bank Indonesia (BI) masih memiliki ruang untuk melanjutkan siklus pelonggaran moneter dengan memangkas suku bunga acuannya (BI rate) hingga tahun depan. 

Dalam laporan OECD Economic Outlook edisi Juni 2025, lembaga internasional tersebut memperkirakan, BI akan kembali memangkas suku bunga acuannya pada periode 2025–2026.

“Dengan ekspektasi inflasi yang stabil dan permintaan domestik yang diperkirakan tetap di bawah tren, terdapat ruang bagi bank sentral untuk menurunkan suku bunga kebijakan lebih lanjut ke tingkat yang lebih netral di kisaran 5%,” tulis OECD dalam laporan tersebut dikutip Selasa (3/6).

Laporan itu juga menggarisbawahi bahwa kebijakan moneter Indonesia diperkirakan akan melonggar selama periode 2025 hingga 2026. Bank Indonesia sendiri telah memulai siklus pelonggaran sejak Agustus 2024, dengan penurunan suku bunga kebijakan dari 6,25% menjadi 5,50% pada Mei 2025.

Baca Juga: OECD Kembali Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun Ini Jadi 4,7%

Namun demikian, OECD mencatat, kondisi keuangan domestik tetap relatif ketat, meski suku bunga sudah mulai diturunkan. Karena itu, langkah penurunan lanjutan perlu dilakukan dengan hati-hati dan berbasis data.

“Mengejar pendekatan berbasis data yang menyeimbangkan dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi dan pemantauan ketat terhadap tekanan harga dari depresiasi mata uang baru-baru ini merupakan kunci untuk mempertahankan inflasi dalam kisaran target bank sentral,” tulis OECD lebih lanjut.

Stabilitas inflasi, menurut OECD, menjadi prasyarat penting agar pelonggaran moneter dapat dilakukan secara berkelanjutan. Saat ini, inflasi Indonesia masih berada dalam kisaran sasaran BI sebesar 2,5% ±1%.

Prediksi ini sejalan dengan ekspektasi pasar yang melihat bahwa suku bunga kebijakan Indonesia masih berpotensi turun, terutama jika tekanan inflasi tetap terjaga dan nilai tukar rupiah stabil.

Meski begitu, OECD juga mengingatkan pentingnya kehati-hatian dalam kebijakan suku bunga, mengingat tekanan eksternal seperti ketidakpastian pasar global dan volatilitas mata uang masih bisa menjadi tantangan.

Dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang moderat dan inflasi yang terkelola, pelonggaran kebijakan moneter dinilai akan memberikan ruang bagi pemulihan ekonomi domestik tanpa mengganggu stabilitas makroekonomi.

Sebelumnya Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan, arah kebijakan suku bunga ke depan tetap akan mempertimbangkan dinamika inflasi, nilai tukar, dan kondisi global.

Baca Juga: OECD: Indonesia Perlu Naikkan Penerimaan Untuk Kendalikan Utang

Selanjutnya: Tingkatkan Literasi dan Inklusi Keuangan, OJK Jangkau 81,3 Juta Peserta per Mei 2025

Menarik Dibaca: Masuk Bulan Juni Baru 15% Wilayah Indonesia Masuk Musim Kemarau 2025, Ini Penyebabnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×