kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.708.000   17.000   1,01%
  • USD/IDR 16.364   -29,00   -0,18%
  • IDX 6.803   8,19   0,12%
  • KOMPAS100 1.008   -1,90   -0,19%
  • LQ45 780   -2,98   -0,38%
  • ISSI 212   1,49   0,71%
  • IDX30 403   -2,76   -0,68%
  • IDXHIDIV20 488   -3,46   -0,70%
  • IDX80 114   -0,31   -0,27%
  • IDXV30 119   -0,80   -0,67%
  • IDXQ30 132   -0,96   -0,72%

BI: Kurs yang baik, kurs yang under value


Rabu, 17 Desember 2014 / 20:06 WIB
BI: Kurs yang baik, kurs yang under value
ILUSTRASI. Simak jadwal lengkap KRL Jogja-Solo terbaru, hari ini, Sabtu & Minggu, 1-2 Juli 2023


Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mengakui kurs rupiah yang baik saat ini adalah kurs rupiah yang sedikit under value alias di bawah level fundamental. Level ini dibutuhkan untuk meningkatkan ekspor Indonesia.

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, saat ini Real Exchange Rate (RER) Indonesia pada akhir November berada pada level 96,1 dengan level rupiah saat itu Rp 12.176 per dollar Amerika Serikat (AS). Indeks level RER di bawah 100 adalah level yang under value.

Dengan RER di bawah 100, Indonesia bisa mendorong ekspor dan menurunkan impor. "Kalau ditanya BI ingin seberapa, yah RER yang sedikit di bawah 100," ujar Mirz, Rabu (17/12).

Indonesia mengalami masalah dalam neraca transaksi berjalan yang mengalami defisit. BI ingin defisit transaksi berjalan berada pada level yang sustainable yang bisa dibiayai oleh pendanaan.

Level CAD yang baik adalah level 2,5% dari PDB. BI tidak menginginkan defisit berubah menjadi surplus. Indonesia masih membutuhkan impor, apalagi dengan keinginan pemerintah yang ingin memfokuskan diri pada pembangunan infrastruktur.

Selama Indonesia mengalami CAD, berarti Indonesia membutuhkan pendanaan luar negeri. Kalau membutuhkan dana luar negeri, BI perlu mempertahankan suku bunga yang tinggi dan belum bisa diturunkan apalagi ketika kondisi global sedang gejolak.

Ketika rupiah berada pada level Rp 12.000-Rp 12.100, diakui Mirza, BI tidak lakukan intervensi. Sedangkan ketika level rupiah sudah lewat dari Rp 12.300 BI sudah lakukan intervensi.

Rupiah yang mencapai level Rp 12.900 Selasa kemarin (16/12) disebabkan Rusia yang mengalami goncangan dan menaikkan acuan suku bunganya dari 10,5% menjadi 17%.

Di sisi lain, mata uang dollar AS menguat terhadap semua mata uang akibat ekonomi negeri paman sam tersebut yang mengalami perbaikan. "Sekarang Indonesia sedang kena angin Rusia dan Federal Open Market Committee (FOMC)," terangnya.

Adapun FOMC Bank Sentral Amerika The Fed akan dilakukan pada besok hari (18/12) waktu Indonesia. Rapat tersebut sangat penting untuk menjadi penentu arah kebijakan masing-masing bank sentral termasuk Indonesia dan juga mempengaruhi pergerakan rupiah.

Menurut Mirza, BI akan selalu hadir di pasar untuk memantau perkembangan rupiah. Kalau dibutuhkan intervensi, BI akan melakukan intervensi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×