Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. BI melihat ada beberapa kendala selama ini yang membuat inflasi Indonesia cenderung di posisi tinggi. Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, kendala struktural terjadi di sektor riil tersebut menjadi penyebab kenaikan harga.
Kendala pertama adalah menurunnya hasil pangan. Penyebabnya adalah produktivitas yang rendah dan luas lahan yang menyusut. Maka dari itu, Agus mengimbau seluruh pemerintah daerah untuk menjaga konversi lahan sawah menjadi lahan industri atau pemukiman dapat dicegah.
"Pembangunan seperti manufaktur agar dilakukan pada estate industri yang sudah disediakan," ujarnya dalam Rakornas Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) di Hotel Sahid Jakarta, Rabu (27/5).
Kedua, nilai tukar rupiah. Agus menjelaskan nilai tukar rupiah rentan terhadap gejolak eksternal karena masih tingginya ketergantungan Indonesia pada ekspor dan bahn baku impor.
Ketiga, produktivtias pangan yang rengan karena perubahan iklim yang semakin sulit diantisipasi. Tahun lalu BI mengantisipasi adanya fenomena el nino namun tidak terjadi. Pada tahun ini BI pun kembali perkirakan adanya el nino sehingga pangan harus benar-benar dikendalikan.
Keempat, masih tingginya ketergantungan industri nasional pada impor bahan bakar minyak (BBM) dan elpiji. Kelima, pasar yang tidak efisien. Rantai distribusi yang panjang dan pelaku yang memonopoli atau adanya oligopoli akan menyebabkan kerugian.
Keenam, masih lemahnya konektivitas antar daerah. "Permasalahan inflasi dipengaruhi karakteristik daerah yang unik sehinga butuh penanganan tersendiri," terang Mantan Menteri Keuangan tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News