kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonom: Inflasi pada Mei ini sudah mencapai 0,42%


Rabu, 20 Mei 2015 / 20:22 WIB
Ekonom: Inflasi pada Mei ini sudah mencapai 0,42%
ILUSTRASI. The Great Escape, salah satu variety game show Korea populer yang penuh teka-teki dan membuat penontonnya ikutan mikir.


Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Ekonom Samuel Asset Manajemen Lana Soelistianingih menghitung, pada bulan Mei sudah terjadi inflasi 0,42%. Semua harga makanan mengalami kenaikan karena sudah masuk dalam periode menjelang bulan puasa.

Menurut Lana, faktor musim panen yang sudah lewat menyebabkan harga bahan makanan tidak ada yang mengalami deflasi. Selain dari sisi bahan makanan, yang juga menyebabkan inflasi adalah rupiah. Rupiah tetap betah bertengger pada level sekitar Rp 13.200 per dollar Amerika Serikat (AS). "Inflasi inti juga masih tinggi," terangnya, Rabu (20/5).

Inflasi inti April secara tahunan yang sebesar 5,04% belum bisa bergeser. Dalam bulan-bulan ke depan diakuinya inflasi dalam trend yang naik.

Perkiraan Lana inflasi akan mencapai puncaknya secara tahunan pada Agustus 2015 di mana perkiraannya inflasi tahunan akan menyentuh 7,25%. Sementara itu, inflasi secara bulanan akan mencapai level tertinggi pada Juni yaitu 0,94%.

Inflasi yang tinggi tersebut dikarenakan Lebaran dan dengan asumsi tidak ada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Hingga akhir tahun Lana optimis inflasi akan turun dan bisa menyentuh level 3,8% pada Desember 2015.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengakui inflasi pada Mei dan Juni akan ada peningkatan. "Perkiraan kita di akhir Juni dan September masih di kisaran 7%," tandasnya.

Periode inflasi yang tinggi pada dua bulan tersebut adalah periode musiman Lebaran. Nanti pada akhir tahun inflasi akan turun ke level 4,2%.

Otoritas moneter ini memandang inflasi masih harus diwaspadai. Meskipun dalam trend menurun, namun inflasi masih menuai risiko yang salah satunya datang dari potensi adanya el nino.

Pada sisi lain, harga minyak dunia juga cenderung naik. Harga minyak dunia yang meningkat akan menyebabkan adanya penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri dan bisa berpengaruh pada inflasi. Atas dasar inilah salah satu penyebab BI mempertahankan kebijakan moneter ketatnya dengan suku bunga acuan 7,5%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×