Reporter: Bidara Pink | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mengungkapkan, masih ada risiko yang membayangi pergerakan perekonomian Indonesia ke depan. Risiko ini terutama datangnya dari kondisi global yang masih diliputi ketidakpastian.
“Situasi global saat ini masih sangat fluid (bisa berubah-ubah). Kami melihat, risiko stagflasi global masih membayangi perekonomian ke depan,” kata Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti dalam rapat kerja bersama DPR, Senin (28/6).
Sedikit gambaran, kondisi stagflasi adalah kondisi di saat perekonomian suatu negara mengalami peningkatan harga (inflasi) yang signifikan, di saat negara tersebut kemudian mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi.
Untuk itu, BI sangat memperhatikan kondisi inflasi dalam negeri. Menurut Destry, inflasi pada tahun ini memang akan lebih tinggi dari tahun sebelumnya, dan bahkan bisa berada di batas atas kisaran sasaran BI yang sebesar 4% yoy, atau lebih tepatnya inflasi 2022 mungkin ada di level 4,2% yoy.
Baca Juga: Mau All Out, BI Siap Kerek Suku Bunga Acuan Bila Inflasi Inti Meningkat Tajam
Untuk menjaga agar inflasi tak melambung signifikan, maka BI utamanya akan menjaga inflasi dari kelompok pangan bergejolak (volatile food) dan juga dampak ekspektasi inflasi.
“Makanya kami akan all out, mengeluarkan semua kebijakan yang kami miliki. Kalau nanti ada tanda-tanda peningkatan inflasi inti, kami akan menyesuaikan suku bunga,” tegas Destry.
Nah, meski kondisi inflasi pada tahun ini akan melampaui target yang dipatok BI, Destry yakin inflasi pada tahun depan sudah kembali ke kisaran sasaran yang sebesar 2% yoy hingga 4% yoy.
Selain kondisi inflasi yang diyakini melandai, BI bersama dengan pemerintah dan Badan Anggaran DPR RI menyepakati target pertumbuhan ekonomi dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun 2023 berada di kisaran 5,3% yoy hingga 5,9% yoy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News