Reporter: Ruisa Khoiriyah | Editor: Uji Agung Santosa
Melejitnya tingkat inflasi tahun 2010 ini yang diperkirakan akan mencapai 6,7% di akhir tahun nanti, dipandang Bank Indonesia (BI) sebagai hal yang sulit terelakkan. Tahun 2010 ini, menurut BI, merupakan tahun khusus di mana anomali musim menjadi penyebab utama pelonjakan laju inflasi. Tanpa itu, tingkat inflasi tentu bisa ditekan lebih kecil atau setidaknya sesuai dengan sasaran target yang dipatok yaitu 5% plus minus 1%.
Maka itu, untuk tahun depan BI optimistis tingkat inflasi bisa digiring lebih kecil dari saat ini. "Rasanya inflasi tahun 2011 tidak akan lebih tinggi dari sekarang, kami percaya range-nya bisa masuk ke 5% plus minus 1%," kata Gubernur BI Darmin Nasution di sela acara buka puasa bersama kalangan media di Jakarta, Rabu malam (1/9).
Tahun depan, ujarnya, tantangan inflasi sebenarnya juga tidak kecil. Potensi tekanan harga dari komoditas pangan masih menganga, terlebih beberapa negara memberlakukan pembatasan ekspor beberapa jenis pangan. Misalnya, Rusia dan Ukraina yang membatasi ekspor gandum. Lalu, ketidakjelasan musim juga bisa membikin lonjakan harga bumbu-bumbuan terjadi lagi seperti saat ini. Belum lagi ditambah rencana kenaikan tarif dasar listrik sebesar 15% yang digadang pemerintah. Maka itu, BI menilai level inflasi 5,3% yang menjadi dasar asums RAPBN 2011 tergolong optimis.
Darmin bilang, imbas buruk dari masalah suplai pangan dan tekanan volatile food bisa diatasi dengan meningkatkan jaminan ketersediaan komoditas tersebut di pasar. "Kalau harga cabe naik, obatnya ya jumlah suplai cabe harus ditambah," katanya.
Deputi Gubernur BI Hartadi A. Sarwono senada, sejatinya banyak langkah yang bisa dilakukan oleh pemerintah agar tekanan inflasi tidak kian menggila. Misal, penanganan kecukupan ketersediaan pangan. "Harus ada kebijakan lain yang harus diperbaiki, misalnya bagaimana meningkatkan suplai, kecukupan bahan pangan distribusi dan segala macamnya," ungkapnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News