Reporter: Irma Yani | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Chief Economist BNI Tony Prasetiantono menilai rendahnya inflasi pada Agustus bila dibandingkan Juli lalu lebih banyak terjadi karena adanya koreksi harga. "Pada bulan Juli, produsen dan pedagang mengalami shock karena kenaikan TDL. Namun, respon tersebut terlalu berlebihan (overshoot) sehingga inflasi Juli mencapai 1,57%," katanya, Rabu (1/9).
Namun, lanjutnya, belakangan setelah menyadari kenaikan harga terlalu berlebihan, terjadilah koreksi harga (beberapa produk harganya turun). "Tapi karena bulan puasa, demand masyarakat tinggi terhadap pangan dan pakaian, tetap saja terjadi inflasi, meski 0,76% atau separuh dari level Juli," paparnya.
Tony memprediksikan inflasi pada September ini akan lebih rendah lagi. "Saya duga lebih rendah lagi, karena shock kenaikan harga sudah mencapai puncaknya di bulan Juli," terangnya.
Ia memperkirakan, inflasi pada September ini akan mencapai sekitar 0,3% sampai dengan 0,5% saja. "Karena sesudah Lebaran tanggal 10-11 September ada potensi terjadi penurunan harga," terangnya.
Meskipun demikian, jika ditotal, inflasi di akhir tahun nanti, ia perkirakan akan melebihi perkiraan pemerintah di 5,3%. "Saya perkirakan akan menyentuh 6%, bahkan sangat mungkin lebih tinggi," tuturnya.
Dengan demikian, lanjut Tony, BI Rate kemungkinan akan naik 25 bps atau 0,25%. "Tapi mengingat capital inflow masih kencang, sehingga cadangan devisa menembus US$ 80 miliar, dan rupiah stabil, opsi yang juga masuk akal adalah menahan BI rate 6,5%," katanya. Sehingga, opsi menahan dan menaikkan BI rate 25 bps tampaknya masih fifty-fifty.
Sementara itu, Ekonom Standard Chartered Fauzi Ichsan juga memprediksi, pada September ini, inflasi berpotensi kembali mengalami penurunan. Sayang, ia tak memaparkan berapa prediksi pencapaian inflasi pada September ini. "Bisa turun, karena kan setelah Lebaran biasanya ada penurunan harga juga," katanya.
Meski demikian Fauzi sepakat inflasi hingga akhir tahun diprediksikan akan melesat melampaui 5,3%. "Kita lihatnya inflasi ada di kisaran 6,5%-7% pada akhir tahun nanti," katanya. Maklum saja, pasalnya akhir tahun nanti akan ada dorongan inflasi menjelang akhir tahun. "Yang jelas kita masih menghadapi hari besar lain yaitu Natal dan tahun baru, Desember itu kemungkinannya hampir selalu naik," paparnya.
Melihat hal itu, Fauzi memperkirakan Bank Sentral masih akan menahan BI rate di 6,5%. Tapi, "Karena akhir tahun inflasi terdorong naik, maka BI rate juga berpotensi dinaikkan sampai 7%, di kuartal IV," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News