Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Uji Agung Santosa
BANDUNG. Bank Indonesia (BI) melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV tidak bisa terdongkrak naik. Ekonomi Indonesia masih akan stagnan dan bahkan bisa cenderung lebih rendah dibanding triwulan III.
Gubernur BI Agus Martowardojo memperkirakan, ekonomi Indonesia pada triwulan IV hanya tumbuh antara 4,99%-5,05%. Sehingga pada akhir tahun 2014, BI memperkirakan ekonomi Indonesia hanya tumbuh 5,08%-5,11%.
Pertumbuhan yang stagnan pada triwulan IV ini, menurut Agus, sebagai akibat kinerja ekspor yang masih belum mengalami perbaikan. Ekspor yang lesu ini tercermin dalam penurunan pertumbuhan wilayah Sumatera.
Pertumbuhan Sumatera selama tiga triwulan terakhir terus mengalami penurunan. Pada triwulan I Sumatera tumbuh 5,4% kemudian turun ke level 4,9% pada triwulan II dan terakhir hanya 4,5% pada triwulan III. Penurunan pertumbuhan yang terjadi di Sumatera sebagai akibat kinerja ekspor yang lesu. Ekspor Sumatera teerbatas karena masih rendahnya harga komoditas perkebunan.
Misalnya Propinsi Aceh. Propinsi ini hanya tumbuh 2,7% pada triwulan III 2014. Pasalnya ekspor barang-barang seperti migas, kelapa sawit, karet dan batubara sedang turun. "Propinsi yang punya ketergantungan pada komoditi terkena imbas," ujar Agus, Selasa (11/11).
Kontribusi Sumatera untuk pertumbuhan Indonesia mencapai 23,6%. Maka dari itu, pertumbuhan yang drop di wilayah Barat Indonesia ini sangat mempengaruhi perekonomian secara nasional.
Selain Sumatera, Propinsi DKI Jakarta juga mengalami perlambatan pertumbuhan meskipun hanya tipis. Apabila pada triwulan II 2014 ekonomi DKI Jakarta tumbuh 6,3%, pada triwulan III turun menjadi 6,0%. Menurut Agus, penurunan pertumbuhan pada ibukota Indonesia ini terjadi pada sektor konstruksi.
Wilayah Jawa sendiri secara keseluruhan tumbuh stabil pada level 5,6% pada triwulan III. Meskipun wilayah Sumatera dan DKI Jakarta mengalami penurunan, wilayah Kawasan Timur Indonesia (KTI) mengalami peningkatan pertumbuhan yang cukup signifikan. Pada triwulan I 2014 KTI tumbuh 4,7%, kemudian naik menjadi 4,9% pada triwulan II dan 5,1% pada triwulan III.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, secara keseluruhan wilayah Jawa khususnya Jakarta masih kuat dengan perkiraan Jakarta 6,1% dan jawa 5,6% secara keseluruhan. Untuk Sumatera diprediksi hanya tumbuh 4,6% dan KTI 5,1%.
Dia bilang ekspor tidak bisa lagi menjadi andalan. Investasi adalah sumber pertumbuhan yang harus dikejar untuk medongkrak pertumbuhan. Ekspor tidak bisa diharapkan karena harga komoditas masih akan terus tertekan.
Untuk investasi, bagi wilayah di Indonesia yang mengandalkan komoditas perlu dilakukan hilirisasi. Misalnya, pada wilayah Sumatera bagaimana melakukan hilirisasi karet.
"Untuk daerah luar Jawa yang andalkan pada ekspor komoditas harus ada program hilirisasi," tandasnya. Untuk wilayah timur, Perry menerangkan harus ada upaya bagaimana membangun investasi smelter. Yang selanjutnya harus ditingkatkan nilai tambah produk olahannya.
Semakin tinggi iklim investasi di suatu wilayah maka akan semakin baik pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut. Sementara itu, menurut Perry, yang juga harus ditingkatkan selain investasi adalah stimulus fiskal. Stimulus fiskal ini dikaitkan dengan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang bisa memberi ruang untuk pembangunan infrastruktur.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengaku, pertumbuhan di tahun ini sudah pasti melambat. Maka dari itu, pemerintah akan berpikir bagaimana cara meningkatkan pertumbuhan pada tahun 2015.
Prioritas yang akan dilakukan pemerintah adalah pembangunan infrastruktur dasar yang bisa mendorong sektor pertanian dan perikanan. "Tahun depan (ekonomi) masih bisa 5,5%-5,8%," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News