kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

BI di pertemuan G20: Risiko nilai tukar memaksa bank sentral kerek suku bunga


Senin, 23 Juli 2018 / 11:15 WIB
BI di pertemuan G20: Risiko nilai tukar memaksa bank sentral kerek suku bunga
ILUSTRASI. Gubernur BI Perry Warjiyo


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan dan Gubernur Bank negara-negara G20 menekankan pentingnya meningkatkan kerjasama internasional dalam menghadapi ketidakpastian global dalam pertemuan yang dilaksanakan di Buenos Aires, Argentina, pada 19 Juli-22 Juli 2018.

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo menyampaikan adanya kenaikan risiko nilai tukar di banyak negara, khususnya di negara berkembang. Hal inilah yang kemudian memaksa bank sentral menaikkan suku bunga acuan. 

"Adanya kenaikan risiko nilai tukar di banyak negara, khususnya di negara berkembang," ujar Dody dalam keterangan tertulis, Senin (23/7). 

Dengan demikian, kenaikan suku bunga bank sentral demi menjaga stabilitas. Sebab, sesungguhnya ekonomi tidak membutuhkan kenaikan suku bunga.

"Kondisi ekonomi domestik masih kuat dan kokoh, yang tidak memerlukan kenaikan suku bunga tersebut," jelasnya.  

Gubernur BI Perry Warjiyo sebelumnya juga mengatakan, dollar AS masih akan menguat terhadap mata uang negara lain, termasuk rupiah, hingga akhir tahun ini. Kalkulasi tersebut sejalan dengan membaiknya perekonomian AS maupun adanya isu perang dagang serta geopolitik lainnya, termasuk potensi kenaikan suku bunga AS yang akan terjadi sebanyak dua kali lagi di September dan Desember mendatang. 

“Stance BI tetap hawkish. Fokus kami tetap menjaga stabilitas ekonomi termasuk stabilitas rupiah. Kenapa tetap, karena kenaikan yang selama ini 100 basis poin (bps) itu, kami pandang bahwa suku bunga kita sudah cukup kompetitif untuk memberi ruang aliran modal asing,” kata dia.

Oleh karena itu, Perry bilang, bank sentral masih akan terus melakukan kebijakan intervensi ganda di pasar valas dan SBN untuk menstabilkan rupiah. Selain itu, BI juga memastikan likuditas perbankan tetap terjaga. 

Ia mengatakan, pada bulan depan, BI akan meninjau kembali komponen-komponen untuk menentukan kebijakan moneter. Namun, sikap BI tetap hawkish alias bernada positif.

“Bulan depan bagaimana akan kami tinjau kembali, tetap hawkish. Ekspektasi kenaikan The Fed Fund Rate (FFR) sudah kami masukkan dimana akan ada dua kali kenaikan pada tahun ini dan tiga kali tahun depan, tingkat US Treasury, inflasi yang 3,5%. Sambil kami lakukan ini, kami akan tetap lakukan upaya-upaya agar pasar keuangan Indonesia menarik,” imbuh Perry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×