Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Nilai tukar rupiah terus melemah belakangan. Bank Indonesia memberi sinyal, pelemahan rupiah masih akan berlanjut.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan, di pekan ini, dunia mengalami perkembangan di Yunani yang ditandai dengan kesepakatan perpanjangan bailout. Persetujuan bailout tersebut menjadi sebuah kondisi yang baik.
Di sisi lain, ada Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve yang menyiratkan tanda bahwa Amerika masih akan cukup sabar untuk tidak melakukan penyesuaian tingkat bunga. Walaupun tidak buru-buru, sudah muncul kenaikan inflasi inti di AS.
Menurut Agus, gejala core inflation ini adalah gejala yang perlu diperhatikan, karena kalau terjadi pada batas tertentu, akan melengkapi kebijakan Amerika untuk menaikkan suku bunga. Secara umum, kondisi ekonomi dunia sedang menunjukkan penguatan dollar AS terhadap semua mata uang.
"Kita harus siap dengan kondisi itu. Kalau di Indonesia mata uang sampai ke Rp 12.800-Rp 12.700, kita harus siap ke depan akan ada depresiasi karena dollar terjadi penguatan," ujar Agus di Jakarta, Jumat (27/2). Ia mengakui, ekonomi Amerika menjadi ekonomi yang sedang mengalami perbaikan dibanding negara lain.
Tidak hanya dari sisi eksternal, Mantan Menteri Keuangan ini menambahkan, di dalam negeri sendiri pada akhir-akhir ini mendekati akhir bulan terdapat pembelian dollar yang cukup besar untuk kebutuhan valuta asing (valas).
Nilai tukar yang melemah saat ini justru bermanfaat untuk meningkatkan nilai kompetitif ekspor Indonesia. Yang perlu dilakukan adalah menjaga fundamental ekonomi seperti inflasi dan defisit transaksi berjalan di mana sekarang ini sudah mengarah pada level yang terkendali. "Kita meyakini nilai tukar ini adalah cerminan fundamental ekonomi kita," tandasnya.
Adapun nilai tukar rupiah berdasarkan kurs tengah BI hari ini (27/2) berada pada level Rp 12.863 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News