Reporter: Benedicta Prima | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. World Bank (WB) menyoroti permasalahan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD). Untuk mengatasi CAD, Indonesia perlu meningkatkan investasi asing langsung (foreign direct investmen/FDI) dan ekspor.
"FDI lebih stabil dalam arus masuk dan bertahan di dalam negeri, bukan uang panas yang mudah keluar dan masuk dari suatu negara," ungkap Frederico Gil Sander, Ekonom Utama WB Indonesia, Kamis (13/12).
Sayangnya, saat ini Indonesia tergantung pada aliran modal portofolio untuk membiayai CAD. Ketergantungan sebagian besar disebabkan oleh pertumbuhan ekspor yang lambat dan FDI yang terbatas.
Kondisi ini juga didorong oleh penurunan pangsa dalam manufaktur global dan ekspor jasa komersial, tingkat FDI yang rendah dalam PDB dibandingkan dengan negara tetangga, dan produktivitas tenaga kerja yang rendah.
Menurut hitungan WB, dalam transaksi modal dan finansial, kontribusi FDI terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 2,1%. Namun, FDI yang benar-benar ada di Indonesia hanya 1,7% dari PDB.
Sedangkan apabila CAD di kisaran 2,5%, maka Indonesia menggantungkan nasibnya pada 1% portfolio investmen agar neraca pembayaran indonesia (NPI) seimbang, atau surplus.
Apabila arus portofolio surut karena faktor eksternal, rupiah rentan terdepresiasi dan imbal hasil obligasi naik.
"Apabila FDI hanya 1,7% (dari PDB), maka perlu diisi dengan arus masuk portfolio untuk membuat NPI seimbang. Ketika arus portfolio volatile seperti tahun ini, maka tentunya pemerintah akan sakit kepala," ungkapnya.
Maka WB menyarankan Indonesia perlu memperbaiki iklim investasi agar lebih terbuka terhadap perdagangan, investasi dan tenaga kerja di pasar global.
Termasuk diantaranya mempermudah impor baik dari segi tarif maupun kebijakan untuk mengurangi kenaikan harga di tingkat konsumen sehingga perusahaan lebh kompetitif, meningkatkan akses pasar untuk produk Indonesia di luar negeri, mengurangi pembatasan yang signifikan bagi investor asing.
"Langkah seperti menerapkan perdagangan bebas dan merevisi daftar negatif investasi (DNI) akan meningkatkan daya saing Indonesia dan menciptakan lapangan pekerjaan sehingga banyak penduduk Indonesia menjadi bagian kelas menengah," jelasnya.
Dengan demikian Indonesia bisa memanfaatkan perang dagang AS-China.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News