kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Berikut proyeksi ekonom Indef terkait pertumbuhan ekonomi pada tahun 2021


Senin, 28 Desember 2020 / 09:00 WIB
Berikut proyeksi ekonom Indef terkait pertumbuhan ekonomi pada tahun 2021


Reporter: Venny Suryanto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom Indef Bhima Yudhistira memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi di tahun 2021 akan berkisar antara 2,5% sampai 3%. Menurutnya proyeksi tersebut didorong oleh adanya vaksin yang akan mendorong peningkatan kepercayaan konsumen khususnya kelas menengah dan atas untuk kembali berbelanja.

Bhima mengatakan dengan adanya vaksin yang akan dilakukan tahun depan diharapkan mobilitas masyarakat akan kembali meningkat.

“Tentu syaratnya adalah akses vaksin yang tersedia bagi seluruh kelompok masyarakat, dan protokol kesehatan tetap dijaga,” kata Bhima saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (27/12).

Hanya saja proyeksinya pertumbuhan ekonomi Indonesia juga masih jauh dari proyeksi pemerintah yang di kisaran 5%. Hal ini karena Indonesia belum menghadapi second wave atau gelombang kedua.

“Dan ini juga butuh persiapan dari segi dana kesehatan tidak sekadar vaksin saja. distribusi vaksin pun butuh waktu tidak bisa instan, apalagi jumlah masyarakat yang masuk kelompok rentan seperti lansia dan punya penyakit bawaan di Indonesia cukup tinggi. Belum lagi soal vaksin gratis atau tidak,” tambahnya.

Baca Juga: Kembali positif, ekonomi Indonesia tahun depan diperkirakan tumbuh 4,8%-5,8%

Hal lain yang perlu dijadikan perhatian menurutnya adalah sektor investasi yang masih butuh waktu untuk pemulihan atau recovery. Seiring pemulihan di sisi permintaan ekspor maupun domestik, investor cenderung memilih wait and see terkait progress pembangunan kawasan industri baru seperti di Batang, Jawa Tengah.

“Sehingga di saat Indonesia diperkirakan tumbuh 2,5-3%, investor mulai melirik negara lain yang pemulihannya relatif lebih cepat seperti Vietnam yang diperkirakan tumbuh 6% misalnya tahun depan, bahkan di kuartal II ekonomi Vietnam sudah positif, lebih cepat keluar dari resesi dibanding Indonesia,” ujarnya.

Selain itu, Bhima juga memproyeksikan bahwa kegiatan impor sudah mulai meningkat khususnya pada impor bahan baku industri. Sementara itu impor barang konsumsi diperkirakan juga akan didorong oleh meningkatnya volume transaksi e-commerce di mana porsi barang impor cukup dominan.

Adapun untuk impor barang modal diperkirakan akan terdorong oleh belanja pemerintah di sektor infrastruktur. Dengan demikian perkiraan tersebut akan menyebabkan pelebaran Current Account Defisit (CAD).

Terakhir, Bhima juga memproyeksikan nilai tukar rupiah di tahun depan akan berkisar antara Rp 14.700 sampai Rp 15.500 per dollar Amerika Serikat (AS)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×