Reporter: Ratih Waseso | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kepala Bagian (Kabag) Humas dan Kelembagaan Perum Bulog, Tomy Wijaya mengatakan, secara umum posisi kapal yang mengangkut beras impor sudah seluruhnya bersandar di pelabuhan.
Saat ini sisa beras impor yang telah sandar tengah menunggu untuk dilakukan pembongkaran. Bulog mengakui bahwa, proses pembongkaran beras sempat tertunda lantaran kondisi cuaca yang kerap hujan.
Secara keseluruhan sisa beras yang belum dibongkar di pelabuhan kurang lebih 80.000 ton. Sayangnya Tomy tak merinci total beras yang menunggu dibongkar tersebut ada di pelabuhan mana saja.
Baca Juga: Harga Sembilan Komoditas Pangan Melonjak
Hal ini mengingat kedatangan beras kali ini tak dipusatkan di Jakarta dan Surabaya saja. Melainkan langsung menuju ke 14 titik pelabuhan di Indonesia.
"Posisi kapal sudah sandar semua tinggal tunggu antrian bongkar, karena sering hujan jadi sedikit tertunda proses pembongkaran di pelabuhan. Ngga sampe 100.000 (ton) lagi yang menunggu antrian bongkar, kurang lebih 80.000 (ton)," jelas Tomy kepada Kontan.co.id, Kamis (16/2).
Sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Zukifli Hasan memberikan waktu kepada Bulog untuk menyelesaikan seluruh impor beras pada pertengahan bulan ini. Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso sendiri menyampaikan kesanggupan pihaknya menyelesaikan kedatangan beras dari luar negeri sesuai batas waktu tersebut.
Adapun beras impor tersebut digunakan sebagai cadangan beras pemerintah (CBP) untuk program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan Beras (SPHP) atau operasi pasar. Tomy mengungkap, hingga hari ini realisasi penyaluran beras operasi pasar ialah 315.000 ton. Realisasi tersebut merupakan operasi pasar menggunakan beras impor dan beras lokal.
Baca Juga: Harga Komoditas Pangan Melebihi HET, Ini yang Dilakukan Badan Pangan Nasional
Sementara itu, Ketua Koperasi Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) Zulkifli Rasyid menyampaikan, mulai hari sudah ada beras yang masuk dari daerah.
Meski demikian, kualitas beras yang masuk dari daerah tersebut masih memiliki kadar air yang tinggi. Mulai masuknya beras dari daerah menandakan sudah mulai ada daerah yang memasuki musim panen.
Hanya saja untuk harga beras hingga saat ini masih tergolong tinggi. Zulkifli mengatakan beras masih di harga Rp10.500 per kilogram-Rp11.000 per kilogram, terutama untuk jenis medium. Namun Ia mengatakan, dengan adanya upaya pemerintah melalui Bulog dan mulai adanya panen tanda-tanda tren penurunan harga beras mulai terlihat.
"Tanda-tanda beras mau turun (harga) sudah ada hanya memang masih tinggi. Alhamdulillah akan arahnya turun," kata Zulkifli.
Baca Juga: Bapanas Akan Atur Pasokan Daging dan Telur Ayam
Kemudian, untuk beras operasi pasar dari Bulog, saat ini pedagang sudah tak menemui kendala untuk memperolehnya.
Zulkifli menyebut, meski akan ada tren penurunan harga, harga beras belum akan serta merta kembali ke harga eceran tertinggi (HET) Rp 9.450 per kilogram.
"Kalau ke HET masih belum ya. Karena ini lihat situasi daerah seperti apa panen di daerah, seperti apa panen yang di daerah dan meluncur kembali ke Pasar Induk. Kita lihat itu. Bayangannya kalau akan naik lagi ngga akan, malah akan berangsur turun. Mungkin bisa sampai Rp 10.000 per kilogram, ya satu dua minggu ini harapannya," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News