Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Peringkat kredit layak investasi (investment grade) sudah dikantongi Indonesia dari tiga lembaga pemeringkat utang internasional, yakni Fitch Ratings, Moody's, dan Japan Credit Rating Agency (JCR). Indonesia kini masih menanti peringkat investment grade dari Standard and Poor's (S&P).
Jika S&P menaikkan peringkat utang Indonesia di tahun ini, banyak hal positif yang akan didapat. Terutama aliran modal asing yang masuk ke pasar keuangan dalam negeri (capital inflow).
Ekonom Maybank Indonesia Juniman mengatakan, tambahan peringkat layak investasi dari S&P akan menggaet investor asing yang konservatif untuk masuk ke tanah air. Juniman bilang, investor konservatif tersebut sebagian besar adalah investor dari Jepang.
Ia menjelaskan, investor asal Jepang selama ini baru meminati samurai bond yang diterbitkan pemerintah Indonesia. Sebab, surat berharga negara (SBN) berdenominasi yen Jepang tersebut telah mendapat jaminan dari Japan Bank for International Cooperation (JBIC).
Meski JCR telah memberikan peringkat layak investasi untuk Indonesia, namun peringkat layak investasi tambahan dari S&P membuat investor Jepang dan investor konservatif lainnya akan semakin percaya diri untuk memasuki pasar keuangan Indonesia.
"Kami perkirakan jumlahnya US$ 3 miliar-US$ 5 miliar bisa masuk ke pasar keuangan kita. Itu dari investor dari Jepang saja, belum yang lainnya," kata Juniman kepada KONTAN, Kamis (23/3).
Masuknya investasi portofolio tersebut bisa berdampak pada nilai tukar rupiah yang lebih stabil. Bahkan berpotensi menguat.
Tak hanya itu, jika S&P tahun ini memberikan peringkat layak investasi, harga obligasi Indonesia bisa meningkat dan imbal hasil bisa turun. Jika saat ini imbal hasil SBN dengan tenor 10 tahun sekitar 7,1%, Juniman memperkirakan nantinya bisa turun ke 6,7%.
Ia melihat tak ada halangan lagi bagi S&P untuk menahan peringkat layak investasi untuk Indonesia di tahun ini. Rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) perbankan dalam negeri yang menjadi permasalahan S&P tahun lalu diperkirakan akan membaik mulai semester kedua tahun ini seiring dengan restrukturisasi yang dilakukan perbankan dan prospek ekonomi ke depan yang lebih baik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News