kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.526.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Begini respon JK saat rupiah loyo sekarang ini


Rabu, 12 Agustus 2015 / 12:30 WIB
Begini respon JK saat rupiah loyo sekarang ini


Sumber: Antara | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, melemahnya nilai tukar rupiah menjadi Rp13.747 pada Rabu (12/8) pagi salah satunya akibat pengaruh devaluasi atau menurunnya nilai mata uang China yuan terhadap dollar.

"Ini salah satu efek dari devaluasi yuan kemarin akibat pelemahan yuan terhadap dollar maka Indonesia terikut juga, bukan hanya Indonesia tapi banyak juga yang lain," kata Wapres.

Menurut Wapres, melemahnya rupiah juga disebabkan hal-hal lain misalnya apa yang terjadi di dalam negeri dan apa yang dilakukan pemerintah tentunya akan ada korelasinya dengan faktor eksternal juga.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi bergerak melemah sebesar 140 poin menjadi Rp13.747 dibandingkan posisi sebelumnya sebesar Rp13.607 per dollar AS.

Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta, mengatakan, nilai tukar rupiah mengalami tekanan ke level terlemah baru semenjak 17 tahun terakhir.

Mata uang domestik terkena dampak buruk dari kebijakan pemerintah China yang melakukan devaluasi mata uang yuan.

"Posisi Indonesia sebagai salah satu rekan dagang utama China dan eksportir komoditas akan membuat prospek perekonomian secara keseluruhan terkena dampak buruk akibat kebijakan pemerintah China," katanya.

Ia mengemukakan bahwa devaluasi yuan itu dilakukan untuk mendongkrak tingkat kompetisi barang ekspor China yang terus tergerus, karena semenjak 2011 pertumbuhan tahunan ekspor China secara konsisten melambat, sejalan dengan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB).

"Akibat devaluasi yuan, hampir seluruh mata uang di Asia-Pasifik melemah cukup tajam bersamaan dengan anjloknya harga komoditas," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×