kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Begini persepsi investor Jepang - Korea pasca bom


Kamis, 14 Januari 2016 / 20:34 WIB
Begini persepsi investor Jepang - Korea pasca bom


Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Investor asing masih menilai positif iklim investasi di Indonesia. Walaupun tidak menampik, faktor keamanan menjadi salah satu hal yang mempengaruhi keputusan investasi mereka.

Takeyama Kenichi, Direktur Penerangan dan Kebudayaan Kedutaan Besar Jepang mengatakan, pada umumnya investor mempertimbangkan sejumlah hal sebelum membuat keputusan berinvestasi.

Seperti, kondisi infrastruktur, stabilitas politik, dan keamanan. “Tetapi, masih terlalu dini untuk mengetahui bagaimana para investor melihat peristiwa ini (teror bom),” ujarnya kepada KONTAN, Kamis (14/1).

Namun, secara umum, pihaknya menyambut positif upaya-upaya yang dilakukan pemerintahan Jokowi untuk membenahi iklim investasi di Indonesia. Ada beberapa hal yang kerap menjadi sandungan bagi investor Jepang dalam merealisasikan investasi di tanah air. Di antaranya, terkait infrastruktur, penegakan hukum, dan upah minimum buruh.

Ade Agustian, Investment Manager Korea Trade Investment Promotion Agency juga mengaku belum bisa membuat kesimpulan apakah teror bom tersebut bisa mempengaruhi rencana investasi para investor negeri ginseng ini. Namun, secara keseluruhan, kebijakan investasi pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) lebih memudahkan investor untuk memulai proses penanaman modal.

Terlebih, dengan adanya kebijakan layanan investasi tiga jam, rentetan birokrasi bisa dipangkas. Sehingga proses investasi bisa lebih efektif dan efisien. Indonesia, kata Ade, merupakan negara tujuan inevestasi teratas bagi para pemodal Korea Selatan (Korsel) di kawasan Asia.

Mengutip data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), total izin prinsip yang diajukan negeri K-Pop ini sepanjang 2015 mencapai Rp 60,52 triliun. Kondisi perekonomian dan tingginya populasi domestik membuat mata para investor Korsel berbinar-binar. Pasalnya, prospek bisnis di Indonesia dinilai positif.

Hanya saja ada sejumlah keluhan yang datang dari para investor. Salah satunya adalah kewajiban menggunakan rupiah untuk semua transaksi bisnis. “Bagi industri Korea di Indonesia, mereka mengalami kesulitan, terutama dalam pengadaan bahan baku,” jelas Ade.

Maklum, mereka harus melakukan konversi terlebih dahulu untuk membayar transaksi pembelian bahan baku.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×