kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.513.000   -1.000   -0,07%
  • USD/IDR 15.935   10,00   0,06%
  • IDX 7.327   130,75   1,82%
  • KOMPAS100 1.120   21,42   1,95%
  • LQ45 884   14,25   1,64%
  • ISSI 223   3,07   1,39%
  • IDX30 452   7,34   1,65%
  • IDXHIDIV20 542   7,51   1,40%
  • IDX80 128   2,15   1,70%
  • IDXV30 131   2,15   1,67%
  • IDXQ30 150   2,26   1,53%

Begini debat panas Mentan dan DPR soal food estate di Kalimantan Tengah


Senin, 14 September 2020 / 15:43 WIB
Begini debat panas Mentan dan DPR soal food estate di Kalimantan Tengah
ILUSTRASI. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengenakan kalung bertuliskan anti virus corona saat rapat kerja dengan Komisi IV DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (7/7/2020). Rapat itu membahas program strategis kementrian dalam rangka percepatan


Sumber: Kompas.com | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo melakukan rapat kerja dengan Komisi IV DPR RI pada hari ini, Senin (14/9/2020).

Rapat yang dipimpin oleh Ketua Komisi IV dari fraksi PDIP Sudin tersebut pun memanas ketika membahas proyek lumbung pangan atau food estate di Kalimantan Tengah (Kalteng).

Dalam paparannya, Syahrul menjelaskan, proyek food estate tersebut berada di atas lahan potensial seluas 164.598 hektare.

Namun, lahan yang akan mulai ditanami komoditas padi pada tahun ini sekitar 30.000 hektar atau angka tepatnya 28.315 hektar.

Baca Juga: Ini cara pemerintah cegah Indonesia masuk ke jurang resesi ekonomi

“Pada 2020 ini dilakukan pengelolaan lahan melalui intensifikasi pertanian seluas 30.000 hektar, dengan harapan bisa menyumbang produksi pangan akhir tahun 2020,” ungkapnya.

Pemaparan Syahrul tersebut langsung dipotong oleh Sudin, yang meragukan bahwa lahan seluas 30.000 hektar tersebut bisa ditanami pada tahun ini. Mengingat tahun 2020 hanya kurang dari 4 bulan lagi.

Menjawab keraguan tersebut, Syahrul mengatakan, pihaknya meyakini lahan sudah bisa ditanami karena sudah tersedia saluran irigasi.

“Kalau lihat lapangan Pak, Insya Allah. Karena ini irigasi primer, sekunder, dan tersier sudah ada, tinggal manajemen in-out dari yang 30.000 itu memungkin untuk dicapai,” jelas dia.

Namun Sudin menyebut, lahan tersebut belum memiliki irigasi yang baik berdasarkan tinjauannya setahun yang lalu. Oleh sebab itu, ia mempertanyakan sistem penanamannya dan kapasitas tenaga kerja yang akan digunakan.

Baca Juga: Ini beberapa upaya pemerintah mengungkit ekonomi di tahun 2020

“Itu rusak berat, masih dalam perbaikan. Makanya saya tanyakan apakah bisa ditanam 30.000 hektar? Pakai apa tanamnya? 30.000 Ha itu banyak lho. Kalau melibatkan tenaga kerja itu mungkin puluhan ribu. Apakah ada tenaga kerja di sana? Sedangkan tenaga kerja di sana itu kan sangat kekurangan," cecar Sudin.

Mendapati rentetan pertanyaan tersebut, Syahrul pun menjelaskan, dari seluas 164.598 hektar yang dicanangkan untuk proyek food estate, sekitar 142.000 hektare yang bisa ditanami. Dari angka tersebut, mengerucut lagi sekitar 82.000 hektar diantaranya sudah memiliki irigasi.

 Kendati demikian, dari luasan lahan tersebut sebanyak 30.000 hektar yang memang dinilai sangat layak di tanami, sehingga penanaman pun dilakukan pada tahun ini. Menurutnya, intervensi Kementan di lahan itu sudah dilakukan sejak April 2020 dan kini tengah masuk pada penanaman intensifikasi.

Baca Juga: Anggaran Kemhan bertambah Rp 20 triliun tahun depan, Komisi I DPR akan dalami

“Jadi kami yakin di 30.000 hektare itu kami bisa masuk, dan memang dengan kerja yang lebih kuat. Serta, irigasi di sana sudah dibenahi,” kata Syahrul.

Sudin pun kembali mempertanyakan proyek tersebut, dengan menekankan kapasitas tenaga kerja untuk proyek tersebut. Ia kembali meragukan kecukupan tenaga kerja untuk merealisasikan food estate Kalteng pada tahun ini.

“Mungkin enggak dengan SDM-nya? Ini yang jadi pertanyaan saya. Jangan target setinggi langit pencapaian sedaki bukit, saya enggak mau targetnya terlalu tinggi tapi tiba-tiba tidak tercapai,” kata dia.

“Kan nanti yang namanya enggak bagus siapa? Ya menteri. Nanti rakyat tinggal menghujat DPR-nya bodoh, mau saja dibohongi,” tegasnya.

Syahrul pun merespons dengan menyatakan, bahwa saat ini sudah ada tenaga kerja yang akan menggarap lahan intensifikasi tersebut, mencakup para petani transmigran dari Pulau Jawa terdahulu, dan juga 300 orang Bintara Pembina Desa TNI AD (Babinsa).

“Kami juga menggunakan alat berat di sana, termasuk traktor yang sudah ada sebanyak 150 buah, diambil dari seluruh Kalteng untuk fokus penggarapan,” timpal Syahrul.

Tak berhenti di situ, perdebatan pun berlanjut soal pembenihan padi di atas lahan tersebut. Sudin menilai, jika hanya mengandalkan traktor saja maka akan memakan waktu yang sangat lama, belum lagi jika petani tak paham menggunakannya.

Namun, Syahrul menyatakan, pihaknya menggunakan drone untuk mekanisme tabur benih. Sudin pun meragukan dan mempertanyakan apakah sistem ini sudah diujicobakan.

“Sudah pernah dicoba enggak menggunakan drone? Di wilayah mana dan berapa luasannya? Kita tidak cara demplot yah. Saya ini baru dengar lho tanam padi di tabur, mungkin saya bodoh karena enggak pernah sekolah pertanian. Besok kalau Covid-19 sudah selesai, saya akan ke Vietnam dan Thailand untuk belajar masalah itu tadi," papar Sudin.

Baca Juga: Anggaran ketahanan pangan 2021 mencapai Rp 104,2 triliun, termasuk untuk food estate

Menanggapi hal tersebut, Dirjen Tanaman Pangan Kementan Sumarjo Gatot Irianto pun menjelaskan, mekanisme tabur untuk menanam padi sebenarnya sudah dilakukan di berbagai wilayah seperti di Kalimantan Selatan (Kalsel) hingga Sumatra Selatan (Sumsel).

“Pola sistem tabur sudah biasa dilakukan baik di Kalteng, Kalsel, serta di Sumsel yakni Banyuasin, itu juga pakai tabur. Sehingga penggunaan benih itu 40-50 kilogram per hektar, tapi kalau sistem semainya itu cukup 25 kilogram per hektar,” jelas Gatot.

Mendapati informasi tersebut, Sudin meminta anggota DPR Komisi VI yang mewakili wilayah tersebut mengecek sistem tabur benih padi menggunakan drone tersebut.

“Kalau ada yang mau lihat langsung silahkan, jadi penggunaan mekanisasi dan sistem teknologi yang coba dilakukan diintervensikan di sana (food estate Kalteng,“ kata Syahrul sembari menutup perdebatan. (Yohana Artha Uly)

Selanjutnya: Food estate, kolaborasi Jokowi - Prabowo wujudkan kedaulatan RI di bidang pangan


Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "DPR dan Mentan Debat Panas Soal Food Estate di Kalteng, Mengapa?"

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×