Sumber: Kompas.com | Editor: Noverius Laoli
Tak berhenti di situ, perdebatan pun berlanjut soal pembenihan padi di atas lahan tersebut. Sudin menilai, jika hanya mengandalkan traktor saja maka akan memakan waktu yang sangat lama, belum lagi jika petani tak paham menggunakannya.
Namun, Syahrul menyatakan, pihaknya menggunakan drone untuk mekanisme tabur benih. Sudin pun meragukan dan mempertanyakan apakah sistem ini sudah diujicobakan.
“Sudah pernah dicoba enggak menggunakan drone? Di wilayah mana dan berapa luasannya? Kita tidak cara demplot yah. Saya ini baru dengar lho tanam padi di tabur, mungkin saya bodoh karena enggak pernah sekolah pertanian. Besok kalau Covid-19 sudah selesai, saya akan ke Vietnam dan Thailand untuk belajar masalah itu tadi," papar Sudin.
Baca Juga: Anggaran ketahanan pangan 2021 mencapai Rp 104,2 triliun, termasuk untuk food estate
Menanggapi hal tersebut, Dirjen Tanaman Pangan Kementan Sumarjo Gatot Irianto pun menjelaskan, mekanisme tabur untuk menanam padi sebenarnya sudah dilakukan di berbagai wilayah seperti di Kalimantan Selatan (Kalsel) hingga Sumatra Selatan (Sumsel).
“Pola sistem tabur sudah biasa dilakukan baik di Kalteng, Kalsel, serta di Sumsel yakni Banyuasin, itu juga pakai tabur. Sehingga penggunaan benih itu 40-50 kilogram per hektar, tapi kalau sistem semainya itu cukup 25 kilogram per hektar,” jelas Gatot.
Mendapati informasi tersebut, Sudin meminta anggota DPR Komisi VI yang mewakili wilayah tersebut mengecek sistem tabur benih padi menggunakan drone tersebut.
“Kalau ada yang mau lihat langsung silahkan, jadi penggunaan mekanisasi dan sistem teknologi yang coba dilakukan diintervensikan di sana (food estate Kalteng,“ kata Syahrul sembari menutup perdebatan. (Yohana Artha Uly)
Selanjutnya: Food estate, kolaborasi Jokowi - Prabowo wujudkan kedaulatan RI di bidang pangan
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "DPR dan Mentan Debat Panas Soal Food Estate di Kalteng, Mengapa?"
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News