kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Begini debat panas Mentan dan DPR soal food estate di Kalimantan Tengah


Senin, 14 September 2020 / 15:43 WIB
Begini debat panas Mentan dan DPR soal food estate di Kalimantan Tengah
ILUSTRASI. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengenakan kalung bertuliskan anti virus corona saat rapat kerja dengan Komisi IV DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (7/7/2020). Rapat itu membahas program strategis kementrian dalam rangka percepatan


Sumber: Kompas.com | Editor: Noverius Laoli

Mendapati rentetan pertanyaan tersebut, Syahrul pun menjelaskan, dari seluas 164.598 hektar yang dicanangkan untuk proyek food estate, sekitar 142.000 hektare yang bisa ditanami. Dari angka tersebut, mengerucut lagi sekitar 82.000 hektar diantaranya sudah memiliki irigasi.

 Kendati demikian, dari luasan lahan tersebut sebanyak 30.000 hektar yang memang dinilai sangat layak di tanami, sehingga penanaman pun dilakukan pada tahun ini. Menurutnya, intervensi Kementan di lahan itu sudah dilakukan sejak April 2020 dan kini tengah masuk pada penanaman intensifikasi.

Baca Juga: Anggaran Kemhan bertambah Rp 20 triliun tahun depan, Komisi I DPR akan dalami

“Jadi kami yakin di 30.000 hektare itu kami bisa masuk, dan memang dengan kerja yang lebih kuat. Serta, irigasi di sana sudah dibenahi,” kata Syahrul.

Sudin pun kembali mempertanyakan proyek tersebut, dengan menekankan kapasitas tenaga kerja untuk proyek tersebut. Ia kembali meragukan kecukupan tenaga kerja untuk merealisasikan food estate Kalteng pada tahun ini.

“Mungkin enggak dengan SDM-nya? Ini yang jadi pertanyaan saya. Jangan target setinggi langit pencapaian sedaki bukit, saya enggak mau targetnya terlalu tinggi tapi tiba-tiba tidak tercapai,” kata dia.

“Kan nanti yang namanya enggak bagus siapa? Ya menteri. Nanti rakyat tinggal menghujat DPR-nya bodoh, mau saja dibohongi,” tegasnya.

Syahrul pun merespons dengan menyatakan, bahwa saat ini sudah ada tenaga kerja yang akan menggarap lahan intensifikasi tersebut, mencakup para petani transmigran dari Pulau Jawa terdahulu, dan juga 300 orang Bintara Pembina Desa TNI AD (Babinsa).

“Kami juga menggunakan alat berat di sana, termasuk traktor yang sudah ada sebanyak 150 buah, diambil dari seluruh Kalteng untuk fokus penggarapan,” timpal Syahrul.




TERBARU

[X]
×