Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID-JAKARTA Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede menyebut ada beberapa hal yang menjadi penyebab membengkaknya bunga utang pada APBN 2024. Namun tahun depan, nilainya diperkirakan akan berkurang.
Josua bilang penyebab naiknya beban pembayaran bunga utang pada tahun ini adalah pelemahan nilai tukar Rupiah yang sudah di atas Rp 16.000 per dolar AS. Angka ini berada di atas asumsi nilai tukar Rupiah dalam asumsi makro APBN 2024 yang sebesar Rp 15.000 per dolar AS.
"Namun kenaikannya cenderung terbatas yakni hanya Rp 1,5 triliun karena komposisi SBN domestik kita lebih besar daripada komposisi SBN valas sehingga eksposur pelemahan nilai tukar masih cenderung terkendali," ujar Josua kepada Kontan.co.id, Rabu (10/7).
Pada outlook APBN 2024 terbaru, Josua bilang, target pendapatan negara cenderung tidak berubah karena meski penerimaan pajak turun namun PNBP berpotensi meningkat. Kendati begitu, memang belanja negara mengalami kenaikan salah satunya karena naiknya beban bunga utang. Defisit fiskal ditargetkan akan bertambah menjadi 2,7% dari PDB dari sebelumnya 2,29% dari PDB.
Baca Juga: Pembayaran Bunga Utang 2024 Bengkak Rp 1,5 Triliun Imbas Pelemahan Rupiah
Ia menduga, pembayaran beban bunga utang tahun depan ada peluang untuk menurun seiring dengan diturunkannya target penerbitan SBN tahun ini, serta memuncaknya SBN jatuh tempo di tahun depan.
"Selain itu, terbukanya ruang pemotongan suku bunga global, terutama dari the Fed, juga memberikan peluang untuk penurunan BI-rate dan penguatan nilai tukar Rupiah," katanya.
Sebelumnya Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memperkirakan belanja untuk pembayaran bunga utang pada tahun ini akan meningkat sekitar Rp 1,5 triliun dari rencana sebesar Rp 497,31 triliun dalam APBN 2024. Mengutip Buku II Nota Keuangan APBN 2024, pembayaran bunga utang mengalami tren peningkatan seiring dengan penambahan outstanding utang pemerintah.
Alokasi pembayaran bunga utang tahun 2019 sebesar Rp 275,9 triliun meningkat menjadi Rp 441,4 triliun pada tahun 2023. Pembayaran bunga utang didominasi oleh bunga utang dalam negeri karena porsi instrumen SBN yang dominan dalam portofolio utang.
Pemerintah telah berkomitmen untuk mengoptimalkan potensi pendanaan utang dari sumber domestik untuk mendukung upaya kemandirian pembiayaan. Melalui kerja sama pembiayaan yang telah dilakukan antara Pemerintah dan Bank Indonesia, bunga utang berhasil ditekan agar tidak membebani APBN dan menjaga kesinambungan fiskal dalam jangka menengah-panjang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News