Reporter: Ramadhani Prihatini | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Potensi shortfall dan penurunan pendapatan dari bea dan cukai di beberapa tahun belakang ini nampaknya akan berlanjut tahun ini. Pasalnya, hingga tiga bulan pertama tahun ini realisasi penerimaan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai kembali merosot dibanding periode sama tahun lalu.
Realisasi pendapatan bea dan cukai tahun 2016 senilai Rp 179,0 triliun dengan short fall Rp 4,97 triliun dari target Rp 183 ,9 triliun. Hasil ini juga didapat saat tahun 2015 yang realisasinya Rp 179,6 triliun dengan shortfall Rp 15,42 triliun dari target Rp 195, 0 triliun.
Dan untuk kuartal I 2017 yang ditargetkan sebanyak 8,18% dari jumlah target di APBN 2017atau senilai Rp 15,64 triliun. Namun, realisasinya pendapatan hingga pekan ketiga sebelum berakhirnya kuartal I 2017, senilai Rp 12,37 triliun. Dengan kenyaatan itu nampaknya akan sulit memenuhi target yang ditetapkan di kuartal I 2017.
Ekonom Institute for Developtment Economic and Finance (Indef), Eko Listiyanto menyarankan, Ditjen Bea Cukai harus memutar strategi dengan ekstensifikasi cukai dari komoditas selain rokok. Ia menilai, hal ini diperlukan supaya penerimaan negara bukan pajak (PNBP) bisa meningkat.
"Kalau kemudian targetnya adalah meningkatkan PNBP kita, harus ada ekstensifikasi cukai, jadi tidak hanya mengejar komoditas yang jadi andalan saat ini saja,"kata Eko pada KONTAN, Selasa (28/3).
Untuk bea masuk maupun bea keluar, kata Eko akan menjadi hal yang berat untuk digenjot penerimaannya karena kondisinya bergantung pada pelbagai faktor. Jadi satu-satunya langkah yang memungkinkan saat ini ialah ekstensifikasi objek cukai. Namun pemerintah harus bisa mengakomodir dari sisi industri objek kena cukainya nanti.
"Harus berani ekstensifikasi objek cukai, nah yang mungkin jadi tantangannya adalah dari industri yang produknya akan jadi objek kena cukai baru. Tapi pemerintah harus bisa mengakomodir semuanya. Harus ada hitung-hitungannya,"pungkas Eko.
Terpisah, Berly Martawardaya, Ekonom Universitas Indonesia bilang, menurunnya pendapatan rokok, bisa jadi indikasi menurunnya jumlah perokok, jadi bisa menurunkan jumlah orang sakit akibat rokok. "Saya kira itu bisa dilihat menyelamatkan sisi fiskal kita yang lain juga ya, karena kan orang sakit kan juga dibayarkan dengan BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) yang berasal dari fiskal juga,"kata Berly.
Ia bilang pemerintah perlu melakukan ekstensifikasi cukai demi kelangsungan jangka panjang, meski tidak dinafihkan akan terjadi pro dan kontra untuk hal ini. "Kita perlu ekstensifikasi untuk kelangsungan jangka panjang,"kata Berly.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News