kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

BCA: Defisit transaksi berjalan 2014 capai 3%


Senin, 17 November 2014 / 18:10 WIB
BCA: Defisit transaksi berjalan 2014 capai 3%
ILUSTRASI. Rambla sebagai department store hadirkan fitur-fitur belanja berbeda dan baru.


Reporter: Uji Agung Santosa | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Bank Central Asia (BCA) memprediksi defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) sampai akhir tahun 2014 sebesar 3% PDB. Kenaikan CAD sampai akhir 2014 menjadi 3%, karena pada kuartal IV 2014 CAD diperkirakan menjadi 2,5 PDB.

Chief Economist BCA David E.Sumual mengatakan, pada kuartal III 2014, neraca pembayaran tercatat surplus US$ 6,5 miliar, lebih tinggi dari kuartal sebelumnya sebesar US$ 4,3 miliar. "Surplus terjadi karena ada nett inflow neraca modal dan finansial sebesar US$ 13,7 miliar," katanya, Senin (17/11).

Dengan adanya surplus neraca pembayaran tersebut maka defisit transaksi berjalan menyempit sempit menjadi US$ 6,8 miliar. Penurunan CAD didorong oleh tingkat konsumsi dan investasi yang melandai. Hal itu membuat impor dan transfer jasa menurun, sehingga CAD juga turun.

Di saat yang sama, neraca perdagangan juga mengalami rebound seiring dengan kenaikan harga beberapa komoditas. " Kami harap kondisi itu akan terus terjadi di kuartal IV 2014," katanya. Dengan begitu maka CAD sampai dengan akhir tahun akan menjadi 3% PDB.

Harapan itu seiring dengan adanya tantangan keluarnya investasi dan portofolio asing dari dalam negeri di kuartal IV ini. Menurut David, di kuartal III investasi asing baik langsung maupun tidak langsung masih mengalir. "Ada getaran positif dari pemerintahan baru," katanya.

Namun masuknya investasi asing ke Indonesia akan sedikit terhambat dengan rencana pengurangan subsidi BBM dan kenaikan upah minimum. "Arus modal ke depan akan sangat tergantung dengan kinerja pemerintahan baru, khususnya pada komitmen reformasi struktural," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×