kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ekspor melambat, surplus neraca transaksi berjalan diramal menyusut


Rabu, 11 Januari 2012 / 19:30 WIB
Ekspor melambat, surplus neraca transaksi berjalan diramal menyusut
ILUSTRASI. Rest Area di Sepanjang Tol Trans Jawa. KONTAN/Baihaki/24/2/2019


Reporter: Astri Kharina Bangun | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Gara-gara ekspor yang melambat, surplus neraca transaksi berjalan (current account) tahun ini diramal akan menyusut menjadi US$ 3 miliar dibandingkan surplus tahun lalu yang sebesar Rp US$ 4 miliar.

Sementara itu, secara keseluruhan, surplus neraca perdagangan Indonesia masih tertopang kestabilan harga komoditas sepanjang 2012. Pasalnya, sekitar 60% ekspor Indonesia merupakan komoditas. Misalnya, minyak bumi dan gas, batubara, dan minyak sawit.

"Pertumbuhan impor juga akan melambat seiring berkurangnya permintaan domestik. Selain itu, ada kenaikan biaya impor dari barang modal dan bahan baku. Keduanya mengambil porsi 90% dari seluruh impor Indonesia," kata Ekonom Standard Chartered Bank Fauzi Ichsan dalam seminar Global Focus 2012, Rabu (11/1). .

Standard Chartered memperkirakan, surplus neraca perdagangan akan berkurang dari US$ 34 miliar pada 2011 menjadi US$ 31 miliar pada 2012.

Kategorisasi Industri

Fauzi menambahkan, secara garis besar, sektor industri di Indonesia dapat dipilah menjadi lima kelompok berdasarkan prospek dan risikonya.

Pertama, sektor usaha di Indonesia yang paling bertahan dari krisis karena ditunjang oleh pertumbuhan PDB dan rendahnya suku bunga. Sektor tersebut adalah industri otomotif, rokok, semen, telekominkasi, penyewaan, farmasi, dan pengemasan.

Kedua, sektor industri yang berpotensi memetik untung dari kenaikan harga komoditas adalah minyak sawit, batubara, karet, dan coklat. Ketiga, sektor yang berpotensi tinggi namun bergantung pada berbagai kebijakan pemerintah yaitu, proyek jalan tol, kelistrikan, pelabuhan, serta air ledeng.

Keempat, berpotensi tinggi namun terkendala lemahnya iklim investasi lokal, seperti minyak bumi, gas, dan pertambangan. Kelima, "sunset industries" (industri tidak prospektif), baik itu yang terkait maupun tidak terkait perdagangan bebas dengan China. Karakteristik dari kategori industri ini adalah padat karya dan bersaing dengan China, India, Vietnam, serta Kamboja. Industri yang masuk kategori ini ialah garmen, tekstil, sepatu, mainan, dan elektronik murah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×