Reporter: Annisa Aninditya Wibawa |
JAKARTA. Rencana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) oleh pemerintah, diakui Bank Indonesia (BI) akan berdampak pada kenaikan inflasi.
"Kenaikan harga BBM katanya tidak lama lagi. BI punya perkiraan terhadap inflasi," kata Gubernur BI Darmin Nasution, Rabu, (15/5).
Ia mengatakan, bahwa bila BBM naik seharga menjadi Rp 6.000, inflasi bisa bergerak ke arah 7,5%-7,8%. Sedangkan bila ada perubahan dua harga BBM, inflasi bisa saja bergerak lebih rendah dari itu, di sekitar 7%.
"Saat itu terjadi, mau tak mau BI harus me-review sungguh-sungguh. Kalau tak direspons benar, nanti akan misleading di sektor keuangan," ujarnya.
Darmin menyebut bahwa BI akan menganalisis perubahan BI rate atau Fasbi sebagai dampak kenaikan inflasi tersebut. Bisa saja, nantinya BI rate tersebut akan dinaikkan. Lalu bila BI rate naik, tentu Fasbi rate akan turut terseret.
Perihal BI rate yang bertahan 5,75% saat ini, Darmin melihat bahwa ada pertimbangan policy rate belum perlu diubah. Ini karena sumber inflasi saat ini masih pada bawang merah dan bawang putih.
April kemarin, perekonomian tercatat mengalami deflasi 0,1%. Pada Mei ini, Darmin menilai masih bisa terjadi sedikit deflasi. Namun tak juga menutup kemungkinan adanya sedikit inflasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News