kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BBM naik, ADB prediksi inflasi 2015 capai 6,9%


Kamis, 25 September 2014 / 13:21 WIB
BBM naik, ADB prediksi inflasi 2015 capai 6,9%
ILUSTRASI. Bank Mandiri menambah instrumen investasi yakni Surat Berharga Negara (SBN) Ritel Perdana lewat fitur Livin' Investasi di Livin' by Mandiri.


Sumber: Kompas.com | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) memperkirakan inflasi rata-rata tahunan akan sedikit melonjak pada tahun 2015. Kondisi ini terjadi apabila pemerintah baru menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi tahun depan.

ADB memperkirakan inflasi tahun 2015 akan mencapai 6,9%, lebih tinggi dibandingkan prediksi tahun 2014 sebesar 5,8%. Prediksi tersebut ditentukan dengan asumsi kenaikan harga BBM benar-benar dilakukan pemerintah.

"Kita sudah memasukkan asumsi sesuai statement-statement yang kita dengar bahwa pemerintah baru akan menaikkan harga BBM bersubsidi. Tapi inflasi tahun depan (akibat dampak kenaikan harga BBM) temporary," kata Deputy Country Director ADB di Indonesia Edimon Ginting di Hotel Intercontinental Midplaza, Kamis (25/9).

Edimon menegaskan, prediksi yang dilakukan ADB tersebut masih merupakan asumsi. Namun demikian, ia menyoroti kondisi inflasi saat ini yang telah turun mendekati angka 4%. Apabila harga BBM bersubsidi dinaikkan pada saat kondisi inflasi sedang mengalami tren penurunan, maka dampaknya tak akan besar.

"Kalau base inflasinya rendah, kalau menaikkan (harga BBM bersubsidi) dampaknya tidak tinggi. Mudah-mudah tidak terjadi sentimen seperti sebelumnya. Food price juga sedang tidak naik," ujar Edimon.

Secara umum, Edimon memandang saat ini Indonesia tengah berada pada situasi ekonomi yang cukup bagus. Ia mengungkapkan, ADB memberikan proyeksi inflasi sebesar 6,9% pada 2015 didasarkan asumsi kenaikan harga BBM bersubsidi berkisar 30 hingga 50%.

"Di sekitar 30 sampai 50% kira-kira asumsi kita. Dampaknya 2 sampai 2,5%. Timing juga penting. Kalau dinaikkan saat inflasi cenderung sedang naik, dampaknya juga tinggi," jelas Edimon. (Sakina Rakhma Diah Setiawan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×