Reporter: Bidara Pink | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menargetkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2024 berada di kisaran 5,3% hingga 5,7%.
Kendati demikian, Deputi Bidang Ekonomi Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti mengisyaratkan, Indonesia tak boleh puas dengan hanya tumbuh di kisaran 5% saja.
Perlu upaya ekstra, katanya, minimal mengusahakan ada tambahan pertumbuhan sekitar 1%, agar Indonesia tak terlena dalam rengkuhan titel negara berkembang, dan menjadi negara maju.
“Butuh tambahan 1% poin, untuk Indonesia tumbuh minimal 6%, agar keluar dari middle income trap. 1% tersebut, harus dilakukan dengan melakukan upaya di luar yang biasa dilakukan,” terang Amalia dalam peluncuran Laporan Perekonomian Indonesia 2023, Rabu (31/1).
Amalia menegaskan, dari hitungan Bappenas, tak cukup pertumbuhan mentok di kisaran 5% untuk membawa Indonesia masuk ke dalam kategori negara maju.
Baca Juga: Optimisme Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di 2024 Lebih Tinggi dari 2023
Ia menyebut, salah satu upaya yang bisa didorong untuk membawa Indonesia tumbuh lebih tinggi adalah dengan industrialisasi.
Pada tahun 2000-an, kontribusi industri manufaktur ke produk domestik bruto (PDB) Indonesia tembus sekitar 32%. Namun, sayangnya, porsi industri manufaktur makin mengecil.
Padahal idealnya, kalau mau loncat jadi negara maju, porsi kontribusi industri manufaktur harus ditingkatkan.
“Indonesia ini belum menjadi negara maju, malah sudah mengarah ke deindustrialisasi,” ungkapnya.
Dengan demikian, Amalia memandang perlunya transformasi ekonomi untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih tinggi lagi.
Selain industrialisasi, Indonesia juga perlu untuk mendorong produktivitas sektor-sektor unggulan lain, seperti ekonomi dan keuangan syariah, serta mendorong upaya modernisasi digitalisasi pertanian.
Baca Juga: BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi RI ke Depan Semakin Cemerlang
Mendorong ekonomi biru dan bio-economy, ekonomi kreatif dan pariwisata, usaha mikro kecil menengah juga koperasi pun tak kalah pentingnya.
Plus, Indonesia perlu mendorong produktivitas badan usaha milik negara (BUMN) dan produktivitas tenaga kerja.
Indonesia juga perlu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta inovasi dengan pembentukan dana abadi riset dan teknologi, juga masyarakat berkarakter ilmiah.
“Jangan sampai Indonesia melewatkan momentum tersebut. Walaupun penuh ketidakpastian, Indonesia perlu modal untuk melakukan transformasi segera,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News