kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bansos diperluas, efektif dongkrak daya beli?


Minggu, 27 Agustus 2017 / 18:37 WIB
Bansos diperluas, efektif dongkrak daya beli?


Reporter: Choirun Nisa | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - Penyaluran bantuan sosial kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) tahun 2018 akan ditingkatkan menjadi 10 juta penerima. Menurut Anggota Komisi XI DPR RI Mukhamad Misbakhun, penyaluran dana bansos perlu diwaspadai. Pasalnya, selama ini, penyaluran bansos ada yang kurang tepat sasaran.

"Apa benar bansos ini sampai pada yang tepat? Karena pengalaman selama ini kan yang diberi bantuan justru ada yang mempunyai handphone bagus seperti itu, atau yang dia penerima bansos tapi menggunakan kalung emas, itu kan tidak tepat," ujar Misbakhun, Sabtu (26/8).

Selain itu, ia ragu daya beli mampu terdongkrak jika penyaluran bansos masih tidak tepat sasaran seperti itu.

Ekonom Institute for Development of Economics & Finance (INDEF) Reza H. Akbar juga mengkhawatirkan keefektifan penyaluran 10 juta penerima bansos tersebut. Pasalnya, penyaluran pada 2018 hendak dilakukan pemerintah langsung via perbankan.

"Saya ragu karena hal ini kan harus dikonsolidasi dengan bank terkait, belum lagi infrastruktur yang harus dibangun karena bank harus mudah dijangkau masyarakat bawah, jaringan di pelosok juga belum terlalu baik, jangan sampai nantinya malah jadi memberatkan masyarakat bawah yang mengambil bansos. Ini perlu dikaji ulang," jelas Reza.

Namun, Reza berpendapat, jika bansos ini mampu menyentuh 40% masyarakat bawah secara efektif, hal ini pun akan berdampak kepada daya beli masyarakat bawah yang meningkat.

"Ditambah lagi mereka tidak memiliki tabungan, jadi ketika mereka tidak memiliki uang, mereka tidak akan melakukan konsumsi karena tabungan pun tidak punya, makanya bansos menjadi tumpuan sekali," tuturnya.

Sedangkan, Dosen Universitas Pertamina Eka Puspitawati menyatakan, bansos kurang efektif dalam mendongkrak daya beli. Pasalnya, golongan menengah di Indonesia lebih banyak daripada golongan bawah.

"Bansos mungkin efektif tapi bukan ke daya beli, tetapi ke aspek politis di pedesaan, menjaga ketimpangan di sana. Sementara, ketika subsidi listrik dicabut atau BBM naik, justru ini langsung berdampak pada golongan menengah yang banyak tadi," ujar Eka.

Ia menuturkan, BBM dan listrik memiliki jangkauan yang luas pada golongan menengah dan kecil sehingga dampaknya pun luas. Golongan kecil, menurut Eka, dengan adanya bansos dapat terlindungi dari efek kenaikan harga listrik atau tercabutnya subsidi, tetapi golongan menengah yang tidak mendapat bansos, maka daya belinya pun berdampak menurun dan masyarakat golongan menengah menahan pengeluarannya atau berhemat.

"Jadi, lebih baik diberikan bantuan langsung seperti subsidi listrik dan BBM itu, jadi berimbas ke dua golongan, baik menengah dan kecil juga," tutur Eka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×