Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - NUSA DUA. Bank Indonesia menilai mata uang digital atau Central Bank Digital Currency (CBDC) berperan penting bagi sistem keuangan di masa depan.
Deputi Gubernur BI Juda Agung mengatakan, CBDC cocok untuk digunakan sebagai alat tukar yang sah dalam ekosistem terdesentralisasi.
Selain itu CBDC juga harus berfungsi sebagai instrumen yang bisa mempengaruhi insentif pasar, serta untuk mengelola risiko keuangan yang muncul dari ekosistem yang terdesentralisasi.
“Ini adalah motivasi kuat bagi bank sentral di seluruh dunia dalam memperluas upaya mereka dalam eksperimen CBDC,” jelasnya dalam Side Event G20: Advancing Digital Economy and Finance: Synergistic and Inclusive Ecosystem for Accelerated Recovery-Digital Currency di Nusa Dua, Bali, Selasa (12/7).
Baca Juga: IMF: Mata Uang Digital (CBDC) Bisa Picu Perpindahan Dana dari Perbankan
Berdasarkan survei Bank for International Settlement (BIS) tahun 2021, 86% responden bank sentral secara aktif meneliti kasus potensial untuk CBDC, 60% di antaranya sedang dalam tahap eksperimen dan 14% telah menerapkan proyek percontohan.
Ia menambahkan, kebutuhan untuk mengeksplorasi CBDC sangat diperlukan bagi bank sentral. sehingga, Bank for International Settlements (BIS) Innovation Hub mengadakan kompetisi internasional untuk menggali inovasi dalam rangka mengembangkan solusi mutakhir berbasis teknologi yang berkesinambungan dan terbuka untuk diikuti oleh peserta dari berbagai komunitas di seluruh dunia.
Juda mengatakan, hingga saat ini masih dicari desain yang tepat walaupun terdapat kebutuhan bank sentral yang sangat tinggi untuk mengeksplorasi CBDC. Pada praktiknya, para pelaku yang terlibat harus memahami bagaimana tujuan kebijakan, permasalahan, dan teknologi yang saling beririsan.
“Cara terbaik bagi bank sentral untuk mempersiapkan diri adalah dengan melakukan eksplorasi, percobaan, validasi terhadap konsep yang diusulkan, melaksanakan pilot project, dan mengembangkan CBDC lebih lanjut,” jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, acting head BIS Innovation Hub Ross Leckow mengemukakan, bahwa bank sentral di seluruh dunia telah menunjukkan perhatian yang besar terhadap CBDC. Proposal yang diajukan para finalis menawarkan solusi teknologi yang unik dan inovatif yang membuka peluang adopsi CBDC secara luas.
Baca Juga: Bank Indonesia Lebih Pilih Mata Uang Digital Ketimbang Aset Kripto, Ini Alasannya
“Hal ini menegaskan peran TechSprint G20 dalam menyatukan para inovator serta bank sentral dan para regulator,” kata Ross.
Dari 100 tim peserta yang berasal dari 15 negara telah terpilih 21 finalis TechSprint G20.
Para finalis tersebut telah mendemonstrasikan usulan solusi yang mengacu pada tiga tantangan (problem statement) yaitu, sarana yang efektif dan kuat untuk menerbitkan, mendistribusikan, dan mentransfer CBDC, mendukung inklusi keuangan, dan meningkatkan interoperabilitas untuk menghubungkan sistem pembayaran dengan lebih baik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News