kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Bank Indonesia Diperkirakan Pertahankan BI-Rate di Level 6,25%, Ini Alasannya


Selasa, 16 Juli 2024 / 11:31 WIB
Bank Indonesia Diperkirakan Pertahankan BI-Rate di Level 6,25%, Ini Alasannya
ILUSTRASI. Bank Indonesia (BI) diproyeksikan akan mempertahankan BI-rate di angka 6,25%. REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bank Indonesia (BI) diproyeksikan akan mempertahankan BI-rate di angka 6,25% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 16-17 Juni 2024 mendatang.

Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata, memprediksi bahwa BI akan mempertahankan suku bunga ini karena adanya ketidakpastian global dan domestik, meskipun ada tanda-tanda pelemahan dalam indikator ekonomi Amerika Serikat (AS).

Selain itu, inflasi di Indonesia tampak terkendali, berkat peningkatan pasokan pangan setelah musim panen raya.

"Neraca perdagangan Indonesia masih menunjukkan surplus, meskipun mengecil, yang berkontribusi pada defisit neraca transaksi berjalan yang tetap terkendali. Faktor-faktor ini mendukung stabilitas ekonomi," kata Josua dalam keterangan tertulisnya, Selasa (16/7).

Baca Juga: Instrumen BI Bikin Nasabah Tajir Minta Bunga Tinggi

Namun, Josua juga memperingatkan bahwa risiko masih ada, terutama terkait ketidakpastian fiskal yang mungkin dihadapi oleh presiden terpilih selanjutnya. Perbedaan pandangan mengenai utang publik dan defisit fiskal bisa menjadi salah satu sumber kekhawatiran.

Hal ini bisa menimbulkan kekhawatiran tentang terjadinya twin deficit, yaitu defisit neraca transaksi berjalan dan defisit fiskal yang semakin melebar.

"Isu-isu tersebut dapat memicu sentimen risk-off, yang berpotensi membatasi aliran modal masuk dan mempengaruhi stabilitas rupiah," lanjutnya.

Josua juga memprediksi bahwa kebijakan moneter BI ke depan terkait BI-rate akan sangat dipengaruhi oleh perkembangan kondisi ekonomi dan politik global, terutama di AS.

Baca Juga: Bunga Utang Bengkak Imbas Kurs & Yield SBN

Meski pasar saat ini mengantisipasi dua kali penurunan Fed Funds Rate (FFR) tahun ini, mulai dari September mendatang, Josua berpendapat bahwa The Fed hanya akan menurunkan FFR satu kali pada kuartal IV 2024.

"The Fed diperkirakan akan sangat bergantung pada data dan mempertimbangkan aspek yang lebih luas dari ekonomi AS, termasuk implikasi dari dinamika politik domestik di tengah pemilihan umum tahun ini. Kami masih melihat bahwa peluang penurunan BI-rate akan muncul ketika The Fed memulai penurunan FFR," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×